Lahir di tahun 1880 silam dan meninggal pada 1928 silam, Astrup menjadi seniman yang seakan terlupakan. Sedangkan Munch lahir di tahun 1863 dan meninggal di 1944. Keduanya bergaya ekspresionis dan memiliki tema favorit yang sama.
Lukisan keduanya cenderung ada cahaya aneh di musim panas, atau dari kejauhan tampak seperti donger atau mimpi hiperialistis. Tapi, ada satu perbedaan besar dari karya mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kritikus seni sekaligus juri Turner Prize 2009, Jonathan Jones mengatakan bukan karena dirinya Nordic tidak berarti Astrup seorang 'noir'.
"Dia adalah seniman lanskap tradisional yang terdistorsi dengan gaya ekspresionisme. Dan lanskap yang digambarnya khas Norwegia," katanya.
Astrup menampilkan warna yang terang, tidak hanya soal warna tapi juga suasana hati. Kelembutan lukisan kehidupan pedesaan membuat sosoknya sangat dicintai di Norwegia.
Baca Juga: Januari 2016, Teater Pandora Pentaskan 'Pernikahan Darah'
Astrup yang dibesarkan di Ålhus di Jolster, tempat ayahnya bekerja sebagai seorang imam. Sejak kecil, ia hidup di keluarga religius tapi menolak untuk menjadi imam serta memilih menggambar dan melukis. Sepanjang kariernya, Astrup dianggap sebagai pelukis neo-romantis dan kerap bekerja menggunakan medium ukiran kayu.
Nikolai Astrup pun dipandang sebagai salah satu seniman Norwegia terbesar sejak awal 1900-an dan beberapa lukisannya telah sukses dijual di Balai Lelang dengan harga sekitar $500 ribu dolar.
Karya-karya melegenda Astrup, sekarang ditemukan kembali oleh sebuah galeri di Inggris. Berbarengan dengan dua pelukis Denmark lainnya: Christen Købke dan Vilhelm Hammershøi.
Kini, lukisan-lukisan Nikolai Astrup di eksibisi 'Painting Norway' dapat dilihat di Galeri Foto Dulwich, London dari 5 Februari sampai 16 Mei mendatang!
(tia/mmu)