10 Pameran Seni Terbaik 2015

Top Ten 2015

10 Pameran Seni Terbaik 2015

Tia Agnes - detikHot
Selasa, 05 Jan 2016 17:30 WIB
Foto: Istimewa/ Berbagai sumber
Jakarta - Tahun baru saja berganti. Sejak awal 2015 sampai berakhirnya tahun, beragam pameran seni berlangsung dan menarik perhatian publik. Beberapa di antaranya bahkan digelar di luar negeri dan menjadi ajang perhelatan internasional.

Kali ini, culture detikHOT memilih 10 pameran seni terbaik 2015 yang dipilih berdasarkan seniman yang berpartisipasi, tema dan pesan yang diangkat, dan hebohnya di ranah media sosial maupun pemberitaan media massa. Di antaranya:

1. Jakarta Biennale 2015
Bagi masyarakat ibukota dan pecinta seni Tanah Air, perhelatan akbar dua tahunan Jakarta Biennale 2015 menjadi salah satu pameran terbaik pilihan detikHOT. Eksibisi yang mengambil tema 'Maju Kena, Mundur Kena: Bertindak Sekarang' dan mengajak 42 seniman Tanah Air serta 28 seniman mancanegara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Terletak di Gudang Sarinah Jakarta Selatan, eksibisi ini menggandeng 5 kurator muda dan 1 kurator internasional. Charles Esche mengatakan pameran di gudang yang lama tak terpakai dibuat seperti sebuah perkampungan urban. "Terbagi dalam 3 kampung dan 3 tema besar, kami ingin menghadirkan festival yang apa adanya dan beginilah suasana kehidupan kota bukan di dalam galeri," ungkapnya di Gudang Sarinah Jalan Pancoran Timur Jakarta Selatan, belum lama ini.

Tak hanya pameran seni rupa saja, tapi Jakarta Biennale juga menampilkan pre-event seperti pameran 'Bebas Tapi Sopan' Visual Jalan di Galeri Nasional Indonesia.

Berita selengkapnya tentang Jakarta Biennale 2015 di sini!

2. Pameran 'Aku Diponegoro' Galeri Nasional Indonesia
Pameran 'Aku Diponegoro: Sang Pangeran dalam Ingatan Bangsa, dari Raden Saleh Hingga Kini' yang dihelat pada Februari-Maret lalu sukses menjadi eksibisi terbesar yang pernah dibuka di Galeri Nasional Indonesia. Pameran yang bekerja sama dengan tiga institusi tersebut mampu menyedot perhatian pengunjung sebanyak 25.919.



Daya tarik pameran ini, kata Kepala Galeri Nasional Indonesia (GNI) Andre Sukmana, terletak pada pengembalian Tongkat Pusaka Pangeran Diponegoro. Saat malam pembukaan, tongkat yang tadinya disimpan oleh keluarga Michael Bauld asal Belanda dikembalikan ke Indonesia yang diwakilkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Anies Baswedan. Selain tongkat pusaka, pameran juga memajang peninggalan-peninggalan Pangeran Diponegoro termasuk Kelana Kuda yang pernah dipakainya.

3. Pameran Seni 'Roots' di Frankfurt Book Fair 2015
Indonesia menjadi tamu kehormatan di ajang Frankfurt Book Fair (FBF) 2015. Galeri Nasional Indonesia dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menyelenggarakan pameran seni rupa 'ROOTS. Indonesia Contemporary Art' di Frankfurter Kunstverein.



'ROOTS' yang dikuratori oleh Asikin Hasan dan Rizki Ahmad Zaelani menampilkan 4 perupa profesional yakni Joko Avianto, Jompet Kuswidananto, Eko Nugroho, dan kelompok perupa Tromarama (Febie Babyrose, Herbert Hans, dan Ruddy Hatumena). Yang menjadi highlight adalah seni instalasi 1500 batang bambu dari jenis awitali dan betung yang diciptakan oleh Joko Avianto.

Berita selengkapnya di sini!

4. Pameran '100 Rayuan Basoeki Abdullah'
Nama Basoeki Abdullah menjadi maestro seni lukis kenamaan Tanah Air. Pelukis yang dikenal dengan gaya realis-naturalistik dan dekat dengan proklamator Republik Indonesia, jika tahun 2015 masih hidup maka akan berusia 100 tahun.



Eksibisi '100 Rayuan Basoeki Abdullah' menjadi yang terbesar dan terbaik sepanjang 2015. Ada 7 bab karya yang ditampilkan yakni Basoeki Abdullah dan Indonesia, Basoeki Abdullah dan Kebudayaan Jawa, Basoeki Abdullah dengan Tiga Negara ASEAN, Basoeki Abdullah dengan Eropa, Basoeki Abdullah dan Soekarno, Basoeki Abdullah dengan Perempuan, dan Basoeki Abdullah dan Diri Sendiri.

Yang menarik adalah tema lukisan mistik Jawa seperti Nyi Roro Kidul yang ada di sebuah hotel di kawasan Pantai Selatan juga dibeberkan di pameran ini. Pameran dibuka pada 21-30 September 2015!

5. ART|JOG 2015
Gelaran pameran internasional bertajuk ART|JOG|8 tahun ini kembali digelar di Yogyakarta. Pameran bertemakan 'Infinity in Flux' akan digelar di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) di Jalan Sriwedani Yogyakarta mulai 6-28 Juni 2015. Sebanyak 103 karya dari berbagai perupa ikut berpartisipasi dalam pameran tahunan ini.



Salah satunya adalah janda mendiang John Lennon sekaligus seniman Yoko Ono ikut mejeng karya. Yakni 'Wish Tree' yang berada di dalam globe dan penuh pepohonan. Di gelaran ini, lukisan karya I Nyoman Masriadi terjual sampai Rp 4,5 miliar.

6. Patung 'Trokomod' Heri Dono di Venice Biennale 2015
Patung ciptaan Heri Dono yang menjadi perwakilan Paviliun Indonesia di La Biennale Venezia ke-56 menjadi perhatian publik tahun ini. Patung sepanjang 7,5 meter yang menempati lahan paviliun seluas 300 meter persegi tersebut sudah berdiri kokoh di sana.



'Trokomod' (Trojan dan Komodo) menjadi salah satu patung dalam seni instalasi 'Voyage'.'Trokomod' tak berdiri sendiri tapi dilengkapi dengan patung perahu arwah dari alumunium sebanyak tujuh buah. Perahu itu digantung di atas karya instalasi. Sedangkan kepala trojan-nya terbuat dari fiberglass dan terdapat dua pintu keluar masuk bagi pengunjung. Sebanyak delapan orang bisa masuk ke dalam patung berskala besar tersebut.Β  Melalui 'Voyage', seniman yang reputasinya mendunia ini mencatat pergerakan dan tanda-tanda yang ditemuinya sepanjang sejarah peradaban manusia. Serta bagaimana mereka mempengaruhi orang-orang di kawasan garis khatulistiwa yang kemudian menjadi Indonesia.

7. Pameran Tunggal 'Landscape Anomaly' Eko Nugroho
Setelah vakum selama 4 tahun dan tidak menggelar pameran tunggal di Tanah Air, seniman asal Yogyakarta Eko Nugroho menyelenggarakan eksibisi berjudul 'Landscape Anomaly'. Pameran yang dibuka 24 November 2015 berlangsung sampai 21 Desember 2015 di Galeri Salihara, Pasar Minggu.



Di sela-sela pembukaannya di Galeri Salihara, Eko mengatakan pamerannya kali ini bukanlah retrospektif tapi menjadi narasinya pasca Reformasi 1998. "Pamerannya sudah dirancang 1,5 tahun yang lalu dan menandai 4 tahun setelah saya vakum nggak pameran tunggal di Indonesia," katanya kepada detikHOT belum lama ini.

Selain karya-karya bordir yang menjadi ciri khasnya, Eko juga akan menampilkan karya instalasi, patung dan mural. Sebagian karya ini akan dikerjakan secara "in situ" (on site).

8. Pameran Tunggal FX Harsono
Usai menerima penghargaan Prince Claus dari Belanda 2014 lalu, seniman visaul FX Harsono akan menggelar pameran tunggal awal Oktober. Eksibisi ini merupakan seleksi perkembangan karya seni FX Harsono dari tahun 1975 sampai sekarang.

Benda-benda merupakan cuplikan dari karya utuh yang umumnya merupakan instalasi, citra-citra yang dipamerkan adalah reproduksi dari karya, situasi peristiwa pameran, rute penelitian, dan ditambah dengan kutipan pernyataan seniman.



Dia mengawali debutnya sebagai seniman melalui Gerakan Seni Rupa Baru. Baginya, karya seni kontemporer adalah upaya untuk menciptakan opini tanding terhadap bentuk-bentuk kekuasaan yang menindas. Pameran 'The Life and the Chaos, Himpunan Arsip dan Benda-benda pada karya FX Harsono diselenggarakan sampai 30 Oktober di Erasmus Huis Jakarta.

9. Biennale Jogja XIII: Equator
Perhelatan besar seni rupa Biennale Jogja XIII kembali diselenggarakan penghujung tahun 2015. Edisi ketiga Biennale Ekuator mempertemukan antara seniman Indonesia dan Nigeria yang akan dibuka pada 1 November 2015 di Jogja National Museum, Yogyakarta.



elaran seni rupa yang bertajuk 'Meretas Konflik' (Hacking Conflict) akan berlangsung selama 40 hari. Direktur Biennale Jogja XIII Alia Swastika mengatakan bahwa perjalanan sebelum menuju Afrika, terlebih dahulu ada dua negara.

"Di tahun 2011, kami menampilkan seniman wilayah India dan dua tahun kemudian yakni dari Arab," katanya.

10. Pameran 'Melihat Api Bekerja'
Peluncuran kumpulan puisi Aan Mansyur 'Melihat Api Bekerja' yang diwarnai dengan ilustrasi oleh Muhammad Taufik atau Emte menjadi perbicangan hangat di culture detikHOT. Eksibisi yang digelar di Edwin Gallery Jakarta Selatan itu menampilkan ilustrasi-ilustrasi Emte yang dimuat dalam buku.



Dari 60 ilustrasi hasil kolaborasinya dengan Aan Mansyur, rata-rata Emte menggambar sosok perempuan tapi ia tetap menggunakan cat air. Secara pribadi, ia pun mengakui puisi-puisi dari Aan sangat feminim. "Ada penggambaran suasana dan imajinasi yang saya tangkap lewat wujud perempuan," kata Emte.



(tia/mmu)

Hide Ads