Pameran 'ROOTS' Lacak Akar Sejarah Seni Rupa Indonesia

Pameran 'ROOTS' Lacak Akar Sejarah Seni Rupa Indonesia

Tia Agnes - detikHot
Senin, 12 Okt 2015 13:40 WIB
Dok.Galeri Nasional Indonesia
Jakarta - Galeri Nasional Indonesia bekerja sama dengan Frankfurter Kunstverein Jerman dan Kementerian Pendidikan Kebudayaan menggelar pameran 'ROOTS: Indonesia Contemporary Art'. Tema 'roots' sengaja dipilih tim kurator sebagai akar yang membentuk seni rupa masa sekarang ini.

Kurator 'ROOTS' Asikin Hasan menceritakan sejak abad ke-19 Raden Saleh sudah memamerkan karyanya di Eropa. "Tema ini terdiri dari banyak lapisan di dalamnya," katanya usai temu media di Galeri Nasional Indonesia, Minggu (11/10/2015).

Simak: Instalasi 1500 Batang Bambu Joko Avianto Pukau Pengunjung Frankfurter Kunstverein
Β 
Di tahun 1938, maestro S.Sudjojono membentuk Kelompok Persagi (Persatuan Ahli Gambar Indonesia). Saat itu, banyak pertentangan antara Gerakan Seni Rupa Baru dengan karya yang beredar di ranah Barat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, generasi 4 perupa profesional yang memajang karya di Frankfurter Kunstverein Jerman masuk ke generasi pasca reformasi 1998. "Kecenderungan seni rupa selalu berkembang maka muncul karya-karya yang tidak lagi didefinisikan dengan gampang."

Seperti 1500 batang bambu yang dibawa Joko Avianto. Bambu yang biasana digunakan masyarakat untuk tradisi Jawa Barat didekonstruksi dengan cara yang berbeda. Serta Eko Nugroho yang meminjam idiom seni rupa jalanan, mampu merekam suarat di masyarakat pasca reformasi.

Lalu Jompet Kuswidananto dan grup Tromarama yang menggunakan handuk merek 'Good Morning' yang diproduksi massal di Tiongkok. Eksibisi 'ROOTS' digelar hingga 10 Januari 2016.

(tia/mmu)

Hide Ads