Dibuat berdasarkan riset yang dilakukan Maarif Institut, film ini mengikuti perjalanan tiga anak muda berbeda latar belakang pendidikan dan kelas sosial. Namun, mereka memiliki kesamaan problem: sama-sama krisis eksistensi, mencari pelarian, dan terjebak. Jebakan itu adalah ideologi fundamentalisme (agama) yang penuh rayuan membebaskan jiwa.
Judul 'Mata Tertutup' boleh jadi merupakan metafor bagi ideologi yang membutakan anak-anak muda "putus harapan" itu. Namun, secara harfiah "mata tertutup" juga menjadi cara bagi kelompok-kelompok fundamentalis itu ketika merekrut anggota baru.
Syuting di Yogyakarta, sutradara Garin Nugroho menampilkan para pemain teater setempat sebagai para pemeran utama film ini. Hasilnya adalah paduan akting yang natural dan ciamik. Mereka tampak lebih banyak berimprovisasi secara bebas, ketimbang digerakkan oleh sebuah skenario yang "jadi" dari awal. Meskipun sepi dari simbol-simbol dam metafora rumit seperti film-film sebelumnya, Garin tetap mempersembahkan gambar-gambar artistik yang telah menjadi ciri khasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT