Simbol Mata hingga Identitas ala Eko Nugroho

Spotlight

Simbol Mata hingga Identitas ala Eko Nugroho

Tia Agnes Astuti - detikHot
Selasa, 18 Jul 2023 15:28 WIB
Pameran Tunggal Eko Nugroho Digelar di ROH hingga 13 Agustus 2023.
Eko Nugroho tengah menggelar pameran tunggal Cut the Mountain and Let It Fly di galeri seni ROH Projects hingga 13 Agustus 2023. Foto: Courtesy of ROH
Jakarta -

Eko Nugroho bukan sembarang seniman. Muncul ketika skena seni Asia Tenggara tengah booming dengan seni kontemporer di dekade 1990-an, salah satu namanya muncul.

Seniman visual asal Yogyakarta yang mulai dikenal dengan komik ciptaannya, karya seni bordir, street art, drawing, karya seni instalasi sampai kelompok Wayang Bocor yang tak biasa. Lahir pada 1977, nama Eko Nugroho dikenal telah melanglang buana.

8 tahun yang lalu, Eko Nugroho hadir di Komunitas Salihara memajang karya-karyanya. Kini, ia kembali mejeng di ROH Projects merayakan 20 tahun berkarya dalam seni rupa Indonesia. Karya-karya yang dibuat dalam dua ruang Apple dan Orange di dalam ROH Projects yang berada di Jalan Surabaya Nomor 66 itu memajang berbagai figur dan simbol 'mata' yang menjadi ciri khasnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepada detikcom, Eko Nugroho menuturkan karya-karya dua dekade tersebut merupakan 'pembacaan' dari pihak galeri.

"Mungkin karena karya-karya saya aneh, sampai belum ada pihak galeri yang mengundang saya," kata Eko membuka percakapan, belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Menurut keterangan Eko, karya yang dihadirkan mencoba menilik 20 tahun prosesnya berkarya sebagai seniman. Pameran kali ini masih memakai karakter yang sama seperti pada 2015. Ada figur identitas sampai simbol mata yang menjadi pengawas dari segala hal yang terjadi.

Pameran Tunggal Eko Nugroho Digelar di ROH hingga 13 Agustus 2023.Pameran Tunggal Eko Nugroho Digelar di ROH hingga 13 Agustus 2023. Foto: Courtesy of ROH

"Sebelum itu, saya juga sudah menggunakan idiom atau simbol seseorang di balik sesuatu. Saya ingin membicarakan kehidupan modern dimana saya hidup dan memahami apa yang ada di kehidupan ini. Dalam berkarya, saya memang tidak melepaskan apa yang ada di dalam lingkup sekitar saya yang dialami," tutur Eko.

Menjadi seorang seniman, lanjut dia, merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.

"Orang di balik sesuatu itu tadi, saya membaca dengan simbol identitas yang terjadi saat ini," katanya.

Bagi Eko, energi untuk terus berkarya merupakan sebuah perjuangan tiada henti. Hal itu pun terbilang tidak mudah apalagi selama 3 tahun terakhir, dunia terhantam oleh pandemi. "Banyak hal lain yang dialami oleh seniman lainnya, apalagi kita tinggal di negara demokratis yang minim dukungan buat kesenian," tuturnya.

Pameran Tunggal Eko Nugroho Digelar di ROH hingga 13 Agustus 2023.Pameran Tunggal Eko Nugroho Digelar di ROH hingga 13 Agustus 2023. Foto: Courtesy of ROH

Judul pameran Cut the Mountain and Let It Fly bermula dari karya mural terbesar yang pernah dibuat oleh seniman asal Yogyakarta pada Biennale de Lyon: The Spectacle of the Everyday ke-10 di Paris. Karya mural di Lyon, Prancis, menggambarkan lanskap gunung melayang dibelah menjadi dua.

Karyanya mengkritik konteks lokal dan dilihat sebagai sindiran jenaka akan tradisi Mooi Indie atau gaya visual khas Indonesia. Nama Cut the Mountain and Let It Fly juga dicetak di kaus yang dikenakan seorang figur patung laki-laki Everyone Building Hope yang dibuat Eko berukuran manusia.

Bagaimana cerita Eko Nugroho dalam berkarya? Simak artikel berikutnya.




(tia/wes)

Hide Ads