Di Balik Layar Serial Musikal Payung Fantasi

Spotlight

Di Balik Layar Serial Musikal Payung Fantasi

Tia Agnes Astuti - detikHot
Selasa, 15 Nov 2022 15:06 WIB
Serial Musikal Payung Fantasi Terinspirasi dari Kisah Komposer Ismail Marzuki
Serial musikal Payung Fantasi bisa ditonton melalui channel YouTube Indonesia Kaya. Foto: Dok. Indonesia Kaya
Jakarta -

Tak banyak seni pertunjukan Tanah Air yang mampu digabungkan dengan film, dan menghasilkan sebuah produksi menakjubkan. Biasanya dua medium yang berbeda itu hanya bisa dibuat dalam lini masing-masing.

Serial musikal Payung Fantasi mampu meleburkan antara produksi teater dan film menjadi tontonan yang kini bisa dinikmati pencinta seni. Lewat 6 episode tayangan musikal yang terinspirasi dari kisah hidup dan lagu-lagu Ismail Marzuki, produksi ini dipersembahkan oleh Indonesia Kaya, Garin Nugroho, dan BOOW Live.

Baru dua pekan tayang, serial musikal ini sudah ditonton lebih dari 6 juta penonton. Episode pertamanya saja mencapai angka 2,5 juta orang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana proses kreatif di balik layar dari serial musikal Payung Fantasi? detikcom mewawancarai tim di balik layar termasuk sutradara teater dan film, serta dua pemain utama yakni Gusty Pratama sebagai Ismail Marzuki dan Marishka Setiawan yang berperan menjadi Eulis Andjung.

Sutradara teater, Pasha Prakarsa, menuturkan proses serial musikal ini dimulai dari tahap staging untuk teater. "Setelah tahap casting dan audisi, kami mengumpulkan semuanya untuk memulai proses workshop bersama selama 3 minggu. Ada kelas akting, olah tubuh sampai musik, lalu masuk ke staging atau pengadegan. Di situ, kami membuat seolah--olah mereka berada saat manggung di teater," ungkap Pasha ketika ditemui di kantor detikcom, kawasan Kapten Tendean, belum lama ini.

ADVERTISEMENT
Media Visit Pemain dan Sutradara Serial Musikal Payung Fantasi di kantor detikcomSutradara Serial Musikal Payung Fantasi, Naya Anindita (kiri) dan Pasha Prakasha (kanan) saat ditemui di kantor detikcom Foto: Chelsea Olivia/ detikFOTO

Ketika staging dari teater selesai, maka proses produksi film pun dimulai. Tim dari Naya Anindita selaku sutradara film pun memulai pekerjaannya.

Naya menuturkan proses kreatif di bagiannya adalah 'melihat mata dari kamera' karena hasil akhirnya adalah tontonan di channel YouTube.

"Salah satu bagian yang effort dan butuh kamera moving terus ketika Maing dan Babeh dialog di toko vinyl, aku ubah staging teater menjadi versiku. Itu adalah salah satu scene yang dirombak untuk kebutuhan kamera," ucap Naya.

Sejak awal episode sampai keenam, nuansa periode 1920 sampai kemerdekaan Indonesia sukses dihadirkan tim di balik layar serial musikal Payung Fantasi. Dari berbagai hal seperti tone warna tayangan, properti, kostum sampai scene semuanya dibedah secara detail.

Media Visit Pemain dan Sutradara Serial Musikal Payung Fantasi di kantor detikcomMedia Visit Pemain dan Sutradara Serial Musikal Payung Fantasi di kantor detikcom Foto: Chelsea Olivia/ detikFOTO

Naya dan Pasha juga menghadirkan konsep teatrikal-sinematik yang baru pertama kalinya ada dalam konsep seni pertunjukan Tanah Air.

"Kita mengembangkannya dari akhir 2021, sampai akhir penghujung 2022 tayang itu totalnya hampir setahun ya. Kami juga banyak membuat referensi dari buku-buku Ismail Marzuki, dan karya-karyanya. Tim penulis dan para cast banyak riset ke lokasi-lokasi tertentu, dan mendiskusikannya," tambah Pasha.

Naya pun menambahkan jika konsep teatrikal-sinematik adalah nilai plus dari musikal Ismail Marzuki tersebut. "Memang dari awal konsepnya teatrikal-sinematik ya, kami menyebutnya seperti itu sehingga semua detail dari props, kostum, mengikuti periodik waktunya," tukasnya.

Bagaimana cerita berikut proses kolaborasi sampai menghasilkan serial musikal yang kini bisa ditonton? Simak artikel berikutnya.




(tia/tia)

Hide Ads