Bagi pencinta One Piece yang menyebut dirinya sebagai sebutan Nakama, tayangnya film One Piece: Red menjadi angin segar setelah terdampak pandemi hampir 3 tahun lamanya. Momentum penayangan One Piece: Red sejak 26 September di Indonesia membuat para Nakama melakukan gathering sampai nonton bareng (nobar) di berbagai kota Tanah Air.
Sepekan jelang penayangan di pekan lalu, nakama One Piece mengikuti nobar atas undangan sebuah jaringan bioskop. Ada Komunitas One Piece Indonesia (KOPI), Maniak One Piece (MOP), One Piece Indonesia (OPINA), One Piece Data Book (OPDB), Komunitas One Piece Tangerang Selatan (KOPTAS), One Piece Fans Club (OPFC) sampai Nakama Tangerang Kota (NAKATO).
Itu adalah momentum pertama nobar dan gathering para Nakama usai pembatasan sosial karena pandemi. Pengalaman saat press screening menjadi momen yang berharga bagi mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Film One Piece: Red buat saya pribadi lebih dari sekadar film, ini momentum banget karena 3 tahun sudah tidak gathering atau acara secara offline. Kita berterima kasih sekali kepada Eiichiro Oda, tim, dan sutradara karena memunculkannya setelah pandemi, kita bisa ngumpul dan ngobrol bareng lagi di dalam studio," ungkap pendiri Komunitas One Piece Indonesia (KOPI), Ivan Tio Sadewo saat berbincang dengan detikcom di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Senin (26/9/2022).
Film One Piece: Red baru dua hari tayang di bioskop-bioskop Indonesia. Tapi di negara asalnya, One Piece: Red masih menempati posisi nomor satu dan merajai Jepang selama 8 pekan berturut-turut.
One Piece: Red juga meraup keuntungan triliunan rupiah di Jepang, sayangnya banyak nakama yang mengaku kecewa dengan adaptasi live-action yang mengisahkan tentang karakter bernama Uta, anak perempuan Shanks tersebut.
Kepada detikcom, Ivan Tio mengatakan rating One Piece: Red di Jepang hanya berkisar di angka 2/10. Angka itu cukup mengecewakan karena tiga film sebelumnya yakni One Piece: Strong World (2009), One Piece: Gold (2016), dan One Piece: Stampede (2019) mendapat sambutan meraih nakama dan diapresiasi tinggi sekali.
Ada beberapa alasan yang (mungkin) saja menjadi rating rendah. Menurut penuturan Ivan Tio, teman-teman komunitas sudah membaca review sebelumnya dari nakama di Jepang sampai mengetahui ratingnya.
![]() |
"Patokan kami di negara asalnya di Jepang, kami berpikir kenapa bisa sampai 2/10 apakah nanti berdampak ke penayangan di Indonesia. Ternyata memang film ini berbeda genre dari yang lain, genre-nya adalah musikal dan penuh dengan lagu, orang-orang Jepang kurang suka dengan musik dan lagu, mereka lebih suka taste action ala One Piece yang seperti biasanya," tutur Ivan Tio.
Simak Video "Video: 3 Rekomendasi Arc Terbaik Versi Pecinta One Piece"
[Gambas:Video 20detik]