Clarissa Goenawan menyiapkan karya pamungkas yang bakal terbit di 2022. Novel ketiga yang berjudul Watersongs itu digarapnya lebih lama ketimbang dua karya sebelumnya. Mengapa?
Ketika diwawancarai detikcom, Clarissa Goenawan menuturkan menyelesaikan novel Watersong dalam waktu yang cukup lama.
"Dibandingkan dengan Rainbirds dan The Perfect World of Miwako Sumida yang 'hanya' membutuhkan proses penulisan sepanjang lima tahun, menyelesaikan Watersong membutuhkan waktu delapan tahun," kata Clarissa Goenawan, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, ada banyak proses penyuntingan dan penulisan ulang secara drastis sebelum naskah siap untuk diterbitkan. Alasan itulah yang membuat novelnya lama selesai.
Salah seorang pembaca pertama novel Watersong, kata Clarissa, mengatakan karya ketiganya itu terbilang ambisius.
"Dibilang ambisius dalam hal kedalaman dan ruang lingkup," lanjutnya.
Demi menyelesaikan naskah ketiga, Clarissa yang kepincut dengan segala hal tentang Jepang sudah mempelajari negara tersebut sejak kecil. Dari SD, ia suka membaca manga atau komik Jepang.
Dia juga belajar bahasa dan budaya Jepang sejak berada di sekolah menengah. Setiap kali berkesempatan liburan, Clarissa kerap pergi ke Jepang bersama keluarganya.
"Pengalaman ini tentunya sangat membantu dalam proses penulisan, walau pun begitu tetap saja ada banyak riset yang harus dilakukan," katanya.
"Dalam proses penyuntingan, saya banyak berkonsultasi dengan sejumlah buku, esai, dan artikel. Saya juga meminta beberapa teman yang mendalami budaya Jepang untuk menjadi pembaca beta dan memberikan masukan," sambung penulis yang tinggal di Singapura tersebut.
Sebelumnya, Clarissa Goenawan juga menjelajahi Jepang lewat dua karya yakni Rainbirds dan The World of Miwako Sumida.
Novel perdana Rainbirds sukses membawanya kepada anugerah Bath Novel Award di 2015. Debut novelnya Rainbirds itu mengalahkan 800 novel lainnya dari 41 negara.
Di tahun yang sama, karyanya pun masuk daftar pendek Britain Prize, The Dundee International Book Prize, dan The First Novel Prize 2016 di Inggris. Kini nama Clarissa Goenawan diperhitungkan dalam ranah sastra Indonesia dan internasional.
Dua novel sebelumnya juga sudah menyapa pembaca Indonesia dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (GPU).
(tia/nu2)