Sudah ada dua seri film The Conjuring. Film ini ikonik dengan horor yang mencekam dengan paduan rumah hantu dan unsur kerasukan.
Namun berbeda dari dua film sebelumnya, The Conjuring 3 mmemiliki alur yang berbeda dari dua film sebelumnya.
"Kami memutuskan untuk memulai dengan apa yang biasanya menjadi kesimpulan dari film Conjuring," ungkap penulis skenario Johnson-McGoldrick.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maka eksorsisme ditampilkan di awal cerita dan kisah tentang Arne Johnson, pemuda yang mengaku membunuh karena hasutan iblis itu digulirkan tanpa bertele-tele.
Untuk menceritakan kisah Arne secara meyakinkan, Johnson-McGoldrick melakukan beberapa pendekatan. Ia mencari serangkaian laporan dari beberapa surat kabar yang dulu meliput kasus ini. Sebab secara resmi, transkrip asli dari pengadilan telah dihilangkan.
"Akhirnya aku mewawancarai langsung tokoh asli dalam cerita film ini. Ini penting karena ketika Anda membuat elemen fiksi dari peristiwa yang diangkat ke film, penting kita mengetahui kesan asli dari pengalaman mereka untuk kita tuliskan lagi," tutur Johnson-McGoldrick.
Sementara itu, hal yang diterapkan berbeda diberikan pada tokoh Ed (Patrick Wilson) dan Lorraine Warren (Vera Farmiga) di The Conjuring. Keduanya diceritakan menghadapi tantangan sejak Ed dikisahkan mengalami sakit serius.
"Dalam cerita rumah berhantu seperti di film pertama, hal itu menjadi sesuatu yang bisa mereka kendalikan. Tapi di seri ini, mereka harus mencoba membuktikan pada banyak orang yang skeptis terhadap sosok dunia dan makhluk lain dalam sebuah kasus di pengadilan dan di mata hukum," tukas penulis Johnson-McGoldrick.
Pengadilan Arne Cheyenne Johnson, juga dikenal sebagai kasus "Devil Made Me Do It", adalah kasus pengadilan pertama yang diketahui di Amerika Serikat di mana terdakwa berusaha untuk membuktikan tidak bersalah berdasarkan klaim terdakwa tentang kerasukan setan. Arne Johnson dihukum karena melakukan pembunuhan tingkat pertama atas seorang pria bernama Alan Bono.
Peristiwa ini juga didokumentasikan dalam sebuah buku berjudul The Devil in Connecticut yang ditulis Gerald Brittle. Persidangan tersebut menarik perhatian media dari seluruh dunia dan telah memperoleh sorotan dengan sempat diangkat dalam dokumenter di televisi.
(doc/nu2)