Jika biasanya cerita horor kerap membuat pembaca bergidik sampai ketakutan dan terbawa mimpi, lain halnya dengan Daniel Ahmad.
Penulis asal Situbondo, Jawa Timur, itu punya trik tersendiri dalam meramu racikan kisah horor ke dalam karya-karyanya. Meski sebagian novelnya adalah imajinasi, tapi beberapa cerita berdasarkan kisah nyata yang dialaminya dan teman-teman di sekitarnya.
Daniel Ahmad menuturkan dalam menulis cerita horor biasanya penulisnya punya sebuah kelebihan atau hadiah dari Tuhan Yang Maha Esa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau saya pribadi menulis dari sudut pandang orang awam, karena saya nggak bisa melihat 'begituan' (makhluk halus)," ucap pria yang berprofesi sebagai guru di pesantren, ketika diwawancarai detikcom.
Sebenarnya, lanjut Ahmad, ia adalah seorang yang penakut dan tidak berani menulis cerita horor di atas pukul 9 malam.
"Kalau ditanya gimana caranya (nulis cerita horor, ya cara bikin orang takut kamu harus takut terlebih dahulu," tuturnya.
Tapi dari sifat penakut itulah, Ahmad mengatakan ia menulis bukan untuk menakuti orang tapi menceritakan ketakutan versinya tersendiri.
"Ya beginilah kalau saya takut," ucapnya.
Mengutip perkataan Stephen King, setiap orang punya ketakutan yang berbeda. Ada di suatu adegan cerita yang tampak menakutan tapi di orang sama sekali tidak.
"Ada yang bilang Midnight Restaurant lebih seram, ada yang bilang Midnight Hospital nggak. Mungkin titik takut setiap orang kan berbeda-beda," ungkap Ahmad yang kini berusia 30 tahun tersebut.
Saran untuk Penulis Muda
Perjalanan Ahmad menulis cerita horor dimulai pada 2013 saat memulainya di sebuah forum. Saat itu, cerita maupun thread horor sedang booming di pasaran, salah satunya karena Keluarga Tak Kasat Mata.
Jejak horor itulah yang dilakoni Ahmad sampai membuka gerbangnya sebagai penulis profesional. Sampai sekarang, ia sukses menerbitkan beberapa novel cetak dan laku di pasaran.
Bagi mereka yang ingin mengikuti jejak Ahmad sebagai penulis cerita horor, ia punya saran khusus.
"Pertama, menulislah untuk diri sendiri jangan baru mulai menulis sudah memikirkan pasar. Jika kamu sudah mulai menulis, insyaallah akan segera menemukan pembacanya. Kalau kita tidak menikmati, gimana orang lain," kata Ahmad.
Apalagi dengan karakter orang Indonesia yang masih doyan dengan berbagai cerita horor, mistis, maupun urban legend.
"Tulislah apa yang bisa dinikmati, nanti juga orang lain (pembaca) bisa menikmatinya," pungkasnya.
(tia/dar)