Cerita hantu dan mitos urban di Indonesia kerap diceritakan dengan gaya menyeramkan yang membuat pembaca takut. Tapi bagaimana kalau hantu digambar dengan visual jenaka dan komedi yang pastinya membuat siapa pun tertawa?
Akun Instagram @komikfaris menjadi salah satu komik Instagram yang terpopuler di media sosial. Dimulai dari karier komik cetak yang terbit sampai merambah ke Facebook, komikus Maulana Faris mulai menjamur di Instagram sejak tahun 2014.
Punya pengikut lebih dari 82 ribu, pria yang akrab disapa Faris itu sukses merilis 8 buku komik dan 4 novel sejak tahun 2011. Salah satunya adalah komik Parade Hantu Galau yang menarik perhatian pembaca komik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya Parade Hantu Galau diterbitkan secara cetak di 2012 dan sukses cetak ulang sampai 10 ribu eksemplar.
"Sayangnya nggak aku terusin, karena sibuk kuliah, dan skripsi. Tapi akhirnya aku bikin komik strip di Instagram," tutur lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Angkatan 2009-2013 tersebut, saat dihubungi detikcom.
Faris mengatakan cerita hantu di Indonesia seakan menjadi budaya yang diceritakan turun temurun. Dibesarkan di Jember, Jawa Timur, Faris merasakan pengalaman tersebut.
![]() |
"Orang Jawa Timur itu suka banget dengan komedi dan selalu menertawakan sesuatu. Bagaimana kalau mengkombinasikannya, kan komedi yang paling lucu itu adalah tragedi dan tragedi yang paling nggak masuk akal kan cerita hantu," jelas Faris.
"Ketemu hantu itu kan tragedi, tapi bisa jadi komedi yang menyenangkan. Misalnya cerita suster ngesot, ngapain sih susternya ngesot mulu kan rok-nya bisa robek. Kenapa sih kuntilanak ada di atas pohon, kan capek naiknya. Jadi ada banyak pertanyaan iseng yang bisa ditertawakan tentang hal gaib," lanjutnya.
Dari imajinasi soal pertemuan antar manusia dan makhluk ghaib itulah, Faris membuat komik strip Parade Hantu Galau. Ia mengaku senang menjadikan hantu-hantu bisa berinteraksi dalam satu adegan komik strip.
"Pocong bertemu dengan kuntilanak, lalu tuyul bertemu Suster Ngesot atau sebaliknya, dan mereka berinteraksi. Sama saja kayak cerita fabel, kan tidak ada hewan yang bisa ngomong. Tapi hewan dimanusiakan, nah sekarang hantu dimanusiakan dengan keterbatasan mereka," tukasnya.
Kali ini, spotlight culture bakal membahas profil Maulana Faris bersama kreasi-kreasinya, termasuk Parade Hantu Galau.
Simak artikel berikutnya ya!
(tia/dar)