Lewat seri pameran 'The Monster' sejak awal Pramuhendra memang sudah merencanakan menjadi trilogi.
"The Monster sudah aku rencanakan buat trilogi, jadi satu buku besar. Pertanyaan pertama, tentang sebenarnya yang paling menghantui apa sih. Bukan masalah religiusnya, tapi tentang ayah saya yang suka menggambar seperti saya saat ini," ujarnya ketika diwawancarai, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Format trilogi, diakui Pramuhendra, lantaran ia menyukai membaca buku-buku fantasi. Setiap bagian dari panerannya direncanakan ada bagian-bagian tersendiri.
"Di seri ketiga kayaknya akan jadi dua chapter lagi. Sebagai seniman secara konsep dan teknik, gagasan harus matang. Kadang nggak bisa memungkiri latar belakang yang suka baca buku dari dulu sangat mempengaruhi kekaryaan saya," katanya lagi.
Di seri pameran kedua 'Momentum' merupakan bagian dari pameran sebelumnya 'The Monster Chapter I: Memory' pada 2018. Karya-karya yang disajikan dalam pameran seri kedua 'Momentum' mengingatkan pada alur sejarah pada lini masa sejak era Renaissance (sekitar abad ke-15 dan 16) hingga era kebudayaan yang disebut sebagai abad Pencerahan (the Enlightment) di sekitar abad ke-17 dan 18.
Para pengunjung pun bisa mengenali karya yang biasa ditemukan di rumah ibadah hingga lukisan yang bersifat individual. Untuk seri ketiga, Pramuhendra mengaku sudah memikirkan karya-karya berikutnya.
"Yang selanjutnya mungkin tidak di galeri tapi mungkin dua tahun lagi sih dari sekarang," tukasnya.