Perempuan yang akrab disapa Lani menceritakan latar belakang keluarga berasal dari keluarga pesantren.
"Saya lahir dan dibesarkan bukan hanya belajar agama Islam. Ayah saya adalah kiai dan berasal dari lingkungan santri, ibu saya adalah Kejawen. Islam tentunya kuat karena dari kecil belajar Arab Melayu dan saya juga belajar Al Qur'an, belajar filsafat juga," ujar Arahmaiani dalam obrolan dengan detikHOT, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia pun mengaku belajar semua agama yang ada. Serta persoalan kebudayaan yang berkembang di Indonesia.
![]() |
"Di Tibet saya belajar juga tradisi yang ternyata berasal dari Borobudur. Dulu kan ada orang dari India yang belajar di sini, jadi master dan pulang ke Tibet jadi pembaharu agama Buddha di Tibet. Orang Tibet memahaminya sebagai tradisi," ujarnya lagi.
"Saya kebetulan tersesat ke Tibet dan bertemulah dengan tradisi itu, dari negeriku sendiri. Lalu mempelajarinya sampai sekarang. Menarik yah, asalnya dari Indonesia dan nggak jauh-jauh," kata lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.
Karya penuh makna keberagaman, feminisme, kemanusiaan, dan persamaan Arahmaiani bisa dilihat di Museum MACAN Jakarta hingga 10 Maret 2019. Arahmaiani sedang memajang karyanya di pameran tunggal 'Masa Lalu Belumlah Berlalu' bersama On Kawara dan Lee Mingwei.
Pengalaman berkesenian selama 40 tahun lamanya membawa Arahmaiani kepada eksplorasi yang berbeda. Simak artikel berikutnya ya.
(tia/srs)