Selama berada di sana, Yahya mengaku mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan.
"Aku lihat karya para seniman di booth-booth mereka. Mereka banyak eksplorasi media dan aku yang merasa oh belum ada apa-apanya. Aku harus keluar dari zona nyamanlah, harus keluar dari zona aman," kata Yahya ketika mengobrol dengan detikHOT di Galeri Lorong, Dusun Jeblok, RT. 01, Tirtonirmolo, Kasihan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karier Yahya di dunia seni berawal dari drawing. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas dan tak diterima mendaftar di perguruan tinggi, ia mencoba peruntungan merantau ke Yogyakarta.
Yahya bermula dari belajar street art atau seni jalanan, dan mulai serius melakoni seni pada 2011 silam. Di setiap pameran seni maupun pameran dua tahunan (biennale), ia kerap mondar mandir bertemu banyak orang dan mencoba untuk kenalan.
Usahanya berbuah hasil, saat Yahya mulai menjadi fellow artist dan bergabung dengan kolektif bernama Ace House Collective.
"Di situ aku kan mikir, gimana caranya kenal sama orang-orang ini. Tahun 2014, Ace House bikin ruang trus aku main ke situ dan kenal-kenalan. Karena aku pikir kalau kita mau bergabung di kesenian, harus kenal lingkungannya dahulu," tuturnya.
Metode lingkungan pula yang diterapkan Yahya dalam berkarya. Ia konsisten terjun langsung meneliti kawasan sekitarnya dan belajar mengenai aneka medium dan teknik.
Seperti apa perjalanan Yahya? Simak artikel berikutnya ya.
(tia/srs)