Buku pertamanya 'Weep Not, Child' (Heinemann, 1964) adalah novel berbahasa Inggris pertama yang diterbitkan oleh penulis Afrika Timur. Setahun berikutnya, dia kembali menulis 'The River Between'.
Namun, di novel ketiganya 'A Grain of Wheat' (1967), Ngugi wa Thiong'o mengumumkan sebuah keputusan besar. Dia meninggalkan bahasa Inggris dan menerbitkan dalam bahasa Gikuyu, bahasa asal ibunya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sebuah peluncuran buku, dia mengatakan hanya akan menerbitkan buku yang dimengerti oleh ibunya dan orang biasa. Sebelumnya dia juga berkampanye untuk mengubah nama jurusan di wilayah akademis Universitas Nairobi yang tadinya 'departemen bahasa Inggris' menjadi 'jurusan sastra'.
"Itu sebuah langkah politik yang mengilhami sastrawan dan akademisi sastra di seluruh dunia saat itu," ujar Ngungi wa Thiong'o.
Keputusan untuk menulis dalam bahasa Gikuyu pun dinilai James Currey adalah langkah yang berani. Dalam memoarnya, 'Afrika Writes Back', Ngungi disebut sebagai satu-satunya penulis Afrika pertama yang berusaha untuk mencari nafkah lewat kata-kata.
"Membatasi pembaca ke dalam bahasa Gikuyu pasti terlihat seperti bunuh diri komersial. Tapi dia berhasil membuktikannya tidak," tulis James Currey.
Saat ini, Ngugi wa Thiong'o masih menulis esai, novel, cerita pendek, drama, buku anak-anak, dan masih mengajar di Universitas Yale dan New York. Simak artikel berikutnya!
Baca juga: Nobel Sastra 2017 Diumumkan 5 Oktober |