Karier yang tengah menanjak didapatkan Naufal bukan sebatas isapan jempol belaka. Dia harus jatuh bangun membangun relasi, berpikir ulang tentang konsep serta bentuk karya hingga program residensi untuk seniman.
Di sela-sela perayaan Art Jakarta 2017, lulusan LASALLE College of the Arts itu menceritakan halangan pertama saat ingin kuliah seni adalah dari orangtua.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Naufal Abshar, Si Pelukis 'Tawa' |
"Gue bilang mau kuliah seni murni dan bukan desain grafis. Ya seperti orangtua kebanyakan, kok seni murni dan bla bla bla. Akhirnya gue memutuskan untuk kuliah di Singapura yang gue sudah observasi tidak hanya mengajarkan fokus berkarya tapi juga art professional studies," kata Naufal Abshar ketika mengobrol dengan detikHOT, di The Ritz-Carlton Pacific Place Jakarta, belum lama ini.
![]() |
Saat kuliah di negara orang, Naufal yang tak ingin kesusahan membeli alat-alat melukis pun mencoba cara lain agar mendapatkan uang. Dia pun memutuskan kerja part time mulai dari galeri seni sampai perusahaan art service.
Ada pekerjaan yang menjaga galeri seni, ada yang menjual jasa packing lukisan, framing, pelayan pembawa wine, hingga bertemu dengan galeri Art Porters Singapura. "Saya memperkuat visi misi lagi dan belajar sambil dapat uang. Networking yang gue dapat ya dicari dari situ."
Ketika Art Service tersebut, Naufal bertemu dengan pemilik galeri Art Porters. Lalu diajak turut pameran kolektif bersama seniman-seniman lainnya. Pihak galeri pun menyukai karya Naufal sampai menggelar eksibisi tunggal pada Januari lalu yang berjudul 'Is This Fate?'.
Bagaimana cerita kiprah Naufal Abshar di dunia seni rupa? Simak artikel berikutnya! (tia/dar)