"Sebenarnya memang semuanya itu location dulu, baru cerita kan gitu. Tapi saya tidak mau film ini akhirnya menjadi film pariwisata saja, saya akhirnya berusaha meriset ada persoalan apa di sana," ungkap Prita saat berbincang dengan detikHOT.
Dari hasil risetnya, Prita pun menemukan 12 masalah yang menyita perhatiannya. "Dan yang paling menarik hati saya adalah isu kehamilan di luar nikah. Isu itu telah juga menjadi concern saya dari dulu, akhirnya isu itu yang saya coba angkat," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Dok. Kamala Media Cipta |
Melihat hal tersebut, Prita pun merasa harus menghadirkan tokoh pembanding. Sehingga, film ini tak hanya menampilkan sudut pandang orang Maluku tentang kehamilan di luar nikah, namun juga cara pandang orang kota besar mengenai masalah tersebut.
Tokoh Saras yang diperankan oleh Karina Salim menjadi pembanding tersebut. "Untuk di-compare dengan kejadian yang ada di kota besar," ujarnya.
Dalam risetnya, ia pun menemukan satu suku yang tak dapat ia sebutkan namanya yang menurutnya masih sangat patriarkal. "Di suku itu, perempuan masih sangat dinomorduakan. Misalnya, ketika mereka menstruasi, mereka masih harus di luar rumah, tidak boleh mandi, tidak boleh keluar dari gubuk kecil gitu," katanya.
Ia melanjutkan, "Dan kalau sampai ada yang hamil di luar nikah, mereka harus diusir dari situ dan putus hubungan."
Kesulitan mengakses suku tersebut, Prita pun kemudian memindahkan latar cerita ke Pulau Seram. "Saya tidak bisa mengakses tempat itu. Jadi akhirnya isu itu yang saya pindahkan, ke lokasi yang sudah ada. Kami jahit sedemikian rupa, lalu kita compare supaya tidak meletus sekali," ujarnya. (srs/mmu)












































Foto: Dok. Kamala Media Cipta