Corona Bikin Musik Lebih Inovatif?

Corona Bikin Musik Lebih Inovatif?

Dyah Paramita Saraswati - detikHot
Minggu, 29 Mar 2020 11:32 WIB
Late teens boy and girl using technology in a cafe
Foto: Getty Images
Jakarta - Pandemi Corona datang tanpa diduga-duga. Indonesia menjadi salah satu negara yang terimbas karenanya. Keberadaan virus COVID-19 itu memberikan dampak yang tidak sedikit bagi banyak sektor, salah satunya industri hiburan dan pertunjukan.

Menurut data yang dihimpun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana diungkapkan oleh pengamat musik Wendi Putranto dalam sebuah diskusi yang berlangsung pekan ini, setidaknya ada 34 konser, tur, dan festival musik, 10 produksi dan rilis film, dan delapan pameran dan pertunjukan seni yang ditunda dan dibatalkan sepanjang periode 24 Februari hingga akhir Maret 2020.

Pembatalan dan penundaan tersebut berkenaan dengan adanya larangan pemerintah untuk mengadakan keramaian dan anjuran untuk tetap tinggal di rumah guna mencegah penyebaran virus COVID-19.

Sejumlah musisi pun mulai mencari berbagai cara agar mereka tetap dapat mengedarkan musik mereka tanpa harus mengadakan keramaian dan tetap berada di rumah. Menurut Adryanto Pratono atau Boim dari Juni Records mengatakan meski banyak acara musik yang dibatalkan, sebenarnya jumlah konsumsi musik cenderung tetap tinggi.


"Gue kemarin uji coba dengan SFTC (Sounds from the Corner) di Lapangan Banteng (Raisa mengeluarkan video 'Raisa in Lapangan Banteng' di YouTube) dan hasilnya bagus," ujar Boim. Menurutnya, hal itu merupakan angin segar bagi para musisi yang memiliki banyak karya.

Meski selama ini, penghasilan utama muncul datang dari adanya panggung, akan tetapi musisi yang produktif mengeluarkan karya setidaknya bisa mendapatkan royalti dari lagu-lagu mereka. "Tapi gue dari sisi label ingin mengingatkan kalau ada gap (waktu) antara report dan uang cair, itu bisa beberapa bulan," jelasnya.

Pendapat serupa diungkapkan oleh Wendi Putranto. Menurutnya, di masa anjuran untuk karantina mandiri di rumah ini, merchandise milik Seringai malah terjual lebih banyak. "Suprisingly mungkin karena orang pada di rumah, belanja online malah naik," ungkapnya.

Akan tetapi industri musik dan pertunjukan tentunya tidak hanya berhenti di artis dan penonton saja. Nyatanya, di luar itu, sebuah konser musik adalah ekosistem yang juga menghidupi orang-orang di belakang layar, sebut saja teknisi suara, teknisi panggung, kru dan lain-lain.

"Kalau berkepanjangan (krisis karena pandemi), orang nggak punya revenue, daya beli turun, kan jadi nggak bisa belanja musik juga," ujar Rizki Aulia atau Ucup dari Synchronize Fest yang juga merupakan manager Danilla dan Barasuara.

Sejumlah musisi saat ini tengah mencari cara lain untuk memindahkan konser ke bentuk digital yang dapat dinikmati banyak orang meski dia tengah berada di rumah saja. Akan tetapi menurut Ucup, konten yang ditawarkan pun terbatas. "Sejauh ini paling online concert, Q&A (tanya jawab) dan live workshop," ucapnya.


Penyanyi Delon Thamrin memiliki cara untuk tetap produktif dalam berkarya meski harus berada di rumah saja. Dirinya membuka kursus vokal bernama 'Master Your Voice #AllOfYouCanSing'. "Kalian bisa berlatih dalam daring, mencoba tutorial secara daring, kamu bisa mencoba dahulu," tulisnya.

Apabila pandemi ini datang berkepanjangan, Boim mengaku dirinya memang belum dapat menemukan jawabannya. "Untuk showbiz belum punya jawabnnya sih, karena literally kita hidup dari manggung kan, memang itu yang kami andalkan tapi ternyata secara kesehatan dan sosial kan sedang tidak memungkinkan," katanya.

Meski demikian, menurut Wendi Putranto lambat laun dunia musik dan pertunjukan akan bisa beradaptasi. Sehingga baginya, penting untuk para musisi tetap berkarya.

"Kalau untuk musisinya, harus terus berkarya, harus tetap melakukan songwriting. Jadi mengakali kondisinya dengan banyak berkarya. Gue sih buat musisi harapannya tetap nulis lagu, berkarya dan materinya ditabung," tutur Wendi.




(srs/dar)

Hide Ads