Digelar oleh Direktorat Kesenian dan Direktorat Kebudayaan Kemendikbud, festival ini berbeda dari pameran seni maupun acara serupa.
"Festival ini dekat dengan kebudayaan kontemporer yang hype sekarang. Kami mengangkat tema machine, kami mau punya kekhasan tertentu yang membentuk festival ini bagi masyarakat luas," tutur Direktur Artistik Instrumenta, Agung Hujatnikajennong, di Galeri Nasional Indonesia, Kamis (24/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Instrumenta #2 berada dalam ranah antara seni media dan fiksi ilmiah sebagai konsep atau praktik. Fiksi ilmiah dikenal populer di dunia budaya populer, misalnya komik, mainan, film sains, dan lain-lain. Fiksi ilmiah pun menjadi inspirasi bagi tema festival kali ini.
"Sains fiction sering dianggap sebagai seni rendah, ada stigma atau bias satu fenomena yang tidak jelas. Dan menurut kami seni bersandar pada asumsi dalam sains dan ini yang menginspirasi kami," tutur Agung.
28 Seniman Mancanegara di Instrumenta 2019
Foto: Galeri Nasional Indonesia/ Montiari
|
Kemudian ada Irene Agrivina (Yogyakarta), KULTse (Bandung), Marjan Verstappen (Christchurch, Selandia Baru), Mei Homma (Tokyo), Monica Hapsari (Jakarta), Stelarc (Melbourne, Australia), Tontey and the Krazy Kosmic Konspiracy (Yogyakarta) hingga Vvzela Kook (Hong Kong).
Kepala Subdirektorat Seni Media, Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Tubagus 'Andre' Sukmana mengatakan festival seni media yang digelar kedua kalinya diharapkan bisa disukai masyarakat.
"Festival hadir yang kedua kalinya dengan branding Instrumenta. Untuk soal seni media sebenarnya kami punya Pekan Seni Media yang dibawa roadshow ke daerah-daerah dan mendapat antusias yang hangat. Kami berharap untuk festival ini akan mengalami hal yang sama," pungkasnya.
Halaman 2 dari 2