Sebelum peluncuran novel, ada pertunjukan teater boneka 'Den Kisot' yang mencampur antara unsur wayang golek khas Sunda dan kontemporer. Sutradara Endo Suanda yang juga menulis naskah bersama Goenawan Mohamad menuturkan pentas 'Den Kisot' melahirkan genre baru di dunia pertunjukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui wayang golek yang berkembang di Tanah Sunda dimainkan oleh seorang dalang dan wayangnya terbuat dari boneka kayu. Maestro Asep Sunarya pun membuat golek dengan karakter Cepot yang telah melegenda.
Baca juga: 'Den Kisot' dari Tanah Pasundan |
"Wayang golek juga sudah cukup jelas ada kehadiran gamelan, maka susunan panggung saya buat berbeda. Masih tetap ada wayang goleknya, ada 3Dimensi nya juga," tutur Endo menjelaskan.
Boneka kayu yang dipesan khusus dari Indramayu itu membuat karakter-karakter dalam pertunjukan tampak berbeda. Ada karakter Alonso alias Don Kisot alias Den Kisot dari Tanah Pasundan, Sanco, Pak Lurah, pendeta, keponakan hingga Dulcenia yang juga ada di dalam novel.
Dari sisi musik, Endo dan timnya juga membuat gaya baru. Pentas teater bonekanya tak hanya berbalut boneka kayu saja, ada unsur kontemporer di dalamnya yakni permainan gitar, biola, dan alat musik lainnya. "Kreasi baru, musik modern dengan nada-nada Barat," tuturnya.
"Dari musiknya, kita juga menumbuhkan gaya tembang dalang, gaya suaranya dalang yang baik. Yang main semuanya kuat, nyanyian dalang juga ada 'suluh'. Itu gagasan dasarnya. 'Den Kisot' menjadi menarik karena ada genre baru dan hal-hal baru di dalam wayang tradisi golek," pungkasnya.
(tia/wes)