Ada Sujiwo Tejo yang membuka pertunjukan dengan pembacaan bab pertama. Dengan gaya retorika sekaligus performance art, ia mengawali acara dengan enerjik. Selanjutnya ada Arie Dagienkz serta Sal Priadi yang berduet dengan Vira Talisa.
Pembacaan kisah sang Arjuna tak berhenti di situ saja. Di bagian berikutnya yang tak kalah seru, ada Iga Massardi, Sir Dandy, Soleh Solihun, dan Endah Widiastuti. Keempat musisi membawakan pembacaan 'Arjuna Mencari Cinta' dengan gaya spontan, jenaka, dan mengundang tawa penonton.
Editor Senior bidang sastra Gramedia Pustaka Utama (GPU), Mirna Yulistianti, menuturkan novel 'Arjuna Mencari Cinta' adalah karya terbaik di tahun 1978.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Isu yang terdapat dalam novelnya, diakui Mirna masih relevan dengan konteks masa sekarang. Cerita yang ditulis dengan berani dan jujur.
"Terutama gimana penulis dan seniman berjarak dengan penguasa agar bisa memberi kritik yang bermanfaat pada penguasa agar bisa bekerja dengan baik di negara ini," ujar Mirna.
Yudhistira pun berharap dengan cetak ulangnya novel tersebut akan banyak anak muda yang kembali membaca sastra. "Agar anak-anak muda zaman sekarang mau melihat sastra. Lalu membeli, membaca, dan mengapresiasi karya sastra.
Novel 'Arjuna Mencari Cinta' mengisahkan tentang kisah percintaan Arjuna dengan banyak perempuan dan menggambarkan kehidupan sekelompok remaja Jakarta di tahun 1970-an. Setelah novelnya menang sebagai karya fiksi dan bacaan remaja terbaik, 'Arjuna Mencari Cinta' pun difilmkan pada 1980.
Kemudian Yudhistira menerbitkan trilogi dengan judul 'Arjuna Mencari Cinta (Part II) di tahun 1981 dan 'Arjuna Wiwahahaha.....!' yang banyak terinspirasi budaya Jepang pada 1983 silam. Di tahun 1992, novelnya pun diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang oleh Oshikawa dan diterbitkan Mekong Publishing Company.
(tia/nu2)