Naskah 'I La Galigo' Tak Kalah Hebat dari Mahakarya 'Mahabharata'

Naskah 'I La Galigo' Tak Kalah Hebat dari Mahakarya 'Mahabharata'

Tia Agnes - detikHot
Jumat, 05 Jul 2019 12:21 WIB
Foto: dok. image dynamics
Jakarta - Naskah kuno suku Bugis 'I La Galigo' mendapat pengakuan UNESCO sebagai naskah terpanjang di dunia. 'I La Galigo' pun diadaptasi menjadi pertunjukan teater yang disutradarai Robert Wilson oleh Yayasan Bali Purnati.

Apa sih uniknya naskah 'I La Galigo' yang pertunjukannya sukses melanglang buana ke 9 negara dan 12 kota di dunia?

Penulis naskah 'I La Galigo', Rhoda Grauer, menuturkan sudah selayaknya Indonesia bangga memiliki naskah semenarik 'I La Galigo'. Bahkan 'I La Galigo' disebut tak kalah hebat ketimbang 'Mahabharata' dan 'Ramayana'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



"Naskahnya sedikit berbeda dari karya klasik lainnya. Sangat serius tapi juga ada unsur komedinya. Kadang yang membacakan naskah 'I La Galigo' di pesta perkawinan juga sengaja memasukkan hal lucu untuk mendapat perhatian audiens," ujar Rhoda Grauer ketika berbincang dengan detikHOT di Ciputra Artpreneur, belum lama ini.

Rhoda Grauer merupakan salah satu sosok penting dalam mementaskan 'I La Galigo'. Sebelum menuliskan menjadi naskah teater, ia melakukan riset bertahun-tahun lamanya.

Sampai perempuan asal New York tersebut tinggal di Pulau Dewata demi melancarkan penelitiannya tersebut. Dalam versi panggung, 'I La Galigo' diceritakan dari awal penciptaan manusia dalma kosmologi Bugis, sampai penceritaan orang tua 'I La Galigo' yakni Sawerigading dan We Cudaiq dari China.

"Ada beberapa versi dari 'I La Galigo'. Ada satu kisah yang dituturkan secara singkat dan ada versi panjangnya. Saya harap karena pementasan ini, naskah kuno 'Sureq Galigo' menjadi lestari. Kita semua yang di panggung juga dapat mementaskannya dengan sempurna," pungkasnya.

(tia/dal)

Hide Ads