'Sureq Galigo' merupakan wiracarita mitos penciptaan suku Bugis dari abad ke-13 dan ke-15 yang terabadikan lewat tradisi lisan dan naskah-naskah. Tradisi lisan tersebut dituliskan lewat syair menggunakan bahasa Bugis dan huruf Bugis kuno.
"Ini adalah rakitan terbaru setelah 8 tahun. Tahun lalu kami mementaskannya di IMF atas undangan Bapak Luhut. Kami tidak jadi memulangkan 'I La Galigo' ke Milan," ujar Direktur Artistik 'I La Galigo', Restu I.Kusumaningrum di Ciputra Artpreneur Theatre, Rabu (3/7/2019).
Ia menuturkan pihak Ciputra Artpreneur yang awalnya melobi untuk menggelar pementasan di Jakarta. Pertunjukan di Jakarta merupakan yang kedua kalinya setelah Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.
![]() |
"Kami akan melakukan pentas pertama di Jakarta dengan luar biasa merakitnya. Kami menciptakan rakitan ulangnya dengan hati-hati termasuk beberapa properti seperti pohon suci dan wardrobe masih diperbaiki," tambah Restu.
'I La Galigo' sukses menyambangi ke 9 negara dan 12 kota di dunia. Di antaranya adalah Lincoln Center Festival New York, Het Muziektheater Amsterdam, Forum Universal de les Cultures Barcelona, Les Nuits de Fourviere Rhone Prancis, Ravenna Festival Italia, Metropolitan Hall for Taipei Arts Festival Taipei, Melbourne International Arts Festival, Teatro Arcimboldi Milan, lalu pulang kampung ke Makassar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tonton juga: Mengintip Proses Latihan Pementasan Kelas Dunia, 'I La Galigo'
[Gambas:Video 20detik]
(tia/nu2)