Mejeng di Singapura, Karya Eko Prawoto Tercipta Berkat Budaya Bambu

Mejeng di Singapura, Karya Eko Prawoto Tercipta Berkat Budaya Bambu

Tia Agnes - detikHot
Rabu, 09 Jan 2019 13:30 WIB
Mejeng di Singapura, Karya Eko Prawoto Tercipta Berkat Budaya Bambu Foto: i Light Singapore/ Istimewa
Jakarta - Karya seni instalasi seniman Eko Prawoto bakal dipamerkan di Festival i Light Singapore akhir bulan ini. Hadir di festival i Light Singapore - Bicentennial Edition. Festivalnya dibuka pada 28 Januari mendatang.

Pria bernama lengkap Eko Agus Prawoto menampilkan karya instalasi berjudul 'Time Traveller' yang dipajang di Clifford Square Singapore. Dari mana inspirasinya?

"Kami memutuskan untuk menggunakan perangkap ikan sebagai inspirasi bentuk dan struktur. Itu terinspirasi dari apa yang dilakukan oleh penduduk desa di Bantul, Yogyakarta," katanya kepada detikHOT.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Menurutnya, penduduk desa di Bantul masih memiliki budaya bambu yang kuat. Meski begitu, ia masih memiliki tantangan tersendiri untuk menggunakan material tersebut.

'Time Traveller' membutuhkan bambu berjenis petung dan apus. Untuk jenis petung yang ukurannya lebih besar yakni 15 sentimeter digunakan sebagai struktur utama.

Sedangkan bambu apus adalah spesies paling umum yang bisa ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. "Kami gunakan bambu apus untuk menenun bahan ke struktur dan membuat dasar. Secara total ada 15 bambu petung dan 180 apus yang digunakan untuk membangun karya instalasi," ucap Eko.



"Tantangannya adalah bagaimana menggunakan bambu tapi tetap mempertahankan karakteristik spesifik bambu itu sendiri. Ini bukan replika, tapi merupakan interpretasi baru dari perangkap ikan," pungkasnya.

'Time Traveller' berdampingan dengan karya seniman Singapura, Prancis, New Zealand, Amerika Serikat, Estonia, Belanda, Taiwan, Inggris, Polandia, Thailand, dan China. Festivalnya berlangsung mulai 28 Januari sampai 24 Februari 2019 di penjuru titik lokasi ikonik Singapura.


(tia/ken)

Hide Ads