.webp)
Kamar novelis senior itu berada di ujung dekat dengan lahan kosong yang kini menjadi kebun. Tak terlalu luas namun bisa cukup untuk bisa menaruh berbagai macam bunga. Kolam kecil berhias teratai juga tertata rapi di sana.
"Bu Dini memang ingin kamar yang ini karena bisa membuat kebun. Beliau rela menunggu setengah tahun untuk bisa dapat kamar ini," kata pimpinan wisma, Bruder Heribertus Suparno sembari menunjukkan kebun tersebut.
Novelis bernama asli Sri Hardini itu tinggal sekitar 4 tahun di wisma tersebut, sebelumnya ia tinggal di wisma lansia di Yogyakarta dan Kabupaten Semarang. Nh Dini memilih tinggal di wisma lansia agar tidak merepotkan orang lain.
Di wisma itu Nh Dini masih produktif menciptakan karya. Ia kerap berkutat dengan komputer untuk mengetik, kemudian di sela itu ia merawat kebunnya. Ada hal unik, Nh Dini sering berdialog dengan tanaman-tanamannya.
"Pernah bicara dengan bunga, 'kalau kamu tidak berbunga dalam seminggu, aku potong'. Menariknya percaya tidak percaya seminggu kemudian muncul tunas," kenang Suparno.
Baru-baru ini Nh Dini menelurkan novel berjudul Gunung Ungaran. Suparno terkejut ketika mengetahui kisah dalam buku itu sebagian besar berkisah tentang kehidupan Wisma Lansia Harapan Asri.
"Tiga perempat buku itu menceritakan kehidupan di sini. Bu Dini itu kalau membuat cerita, karakternya sangat mendalam," ujar Suparno.
Buku-buku karya Nh Dini juga dipajang disalah satu ruang wisma bersama dengan buku-buku lainnya. Sayangnya buku berjudul Gunung Ungaran itu masih dipinjam sehingga tidak ada dalam rentetan buku yang berjajar di rak.
Untuk diketahui, Nh Dini mengalami kecelakaan di tol Tembalang Semarang hari Selasa (4/12) sekitar pukul 11.15 WIB. Taksi dengan mobil armada Avanza yang ditumpanginya tertabrak truk yang mundur karena mengalami patah ash ban.
Nh Dini dan sopir taksi langganannya itu dibawa ke RS Elisabeth, namun nyawa Nh Dini tidak tertolong. Kini novelis ternama itu sudah tiada, namun karya dan kenangannya akan selalu ada. (alg/ken)
