Salah satunya adalah minimnya literatur anak yang ada di Indonesia. Hal tersebut pula yang membuat hatinya tergerak untuk menulis buku anak.
"Sebenarnya kalau ngomongin bisnis pasar yang potensial, orangtua mau belikan apapun untuk anaknya yang senang membaca. Orangtua pasti akan membelikan sesuatu untuk anaknya, bukan untuk diri sendiri. Tapi ketika melihat kenyataan buku anak di pasaran itu sangat sedikit," ujarnya ketika berbincang di kantor detikcom, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama ini buku-buku anak yang tersebar di toko buku kebanyakan adalah buku aktivitas maupun bergambar. Ia menyayangkan tak ada buku anak yang penuh teks layaknya cerita 'Lima Sekawan' maupun 'Trio Detektif'.
"Di zaman aku Arswendo menulis 'Keluarga Cemara', ada juga penulis Joko Lelono yang dikenal sebagai penulis buku anak penuh fantasi," lanjutnya.
Di era tahun 2000-an, baru ada Clara Ng yang mulai menulis literatur anak dan mulai digemari pembaca Tanah Air. Puthut EA pun mulai menuliskan cerita tentang anaknya yang bernama Kali seperti sebuah catatan.
"Karena aku lagi menulis buku anak, aku juga konsentrasi untuk mengamati tentang novel anak di Indonesia, geliatnya mulai anak meski masih harus pelan-pelan. Dan literatur di sini bukan buku bergambar atau hanya gambar dengan tempelan-tempelan, tapi literatur anak yang ada ceritanya," pungkasnya.
Okky sukses menerbitkan 5 novel bagi pembaca dewasa dan satu kumpulan cerpen. Sebelum 'Mata dan Rahasia Pulau Gapi', ia terlebih dahulu merilis 'Mata di Tanah Melus'.
(tia/srs)