"Silent komik, karena tidak ada dialog tapi ada kata bunyi-bunyian. Memang sengaja tidak ada dialog sama sekali," ujar Emte saat ditemui di Taman Baca di sela-sela penyelenggaraan UWRF 2018, Ubud.
Karakter 'Gugug!' yang dihadirkan dengan bentuk yang lucu dan menarik perhatian anak-anak. "Ada yang disensor supaya anak-anak bisa baca. Tapi aslinya buat remaja dewasa, kalau mau baca ya monggo," kata Emte.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
'Gugug!' merupakan personifikasi dari sosok Emte. "Gue menceritakan karakter sebagai orang yang ke mana-mana, yang melihat hal lain ke banyak hal," tuturnya.
Menurutnya, gambar maupun drawing adalah bahasa yang universal. Setiap orang bisa menginterpretasikan yang ada di dalam gambar.
"Kamu bebas menginterpretasikannya. Bisa menciptakan cerita dari kisah lain. Drawing pun memperkaya bahasa visual kita," ujarnya.
Dilihat dari sudut pandang seekor anjing, karakternya melakukan perjalanan mengarungi kehidupan sebuah kota besar. Dalam komik yang berlatar sub-urban, Emte menampilkan hierarki kehidupan kumuh, komunitas jalanan sampai anak punk.
"Kemampuan Emte memotret hal-hal yang luput dari perhatian orang yang kemudian menjalinnya sebagai sebuah cerita komik. 'Gugug!' sebagai dalah satu referensi kehidupan sosial masyarakat masa kini, dilihat dari sudut panjang seorang komikus," kata Public Relations Gramedia Pustaka Utama (GPU), Dionisius Wisnu.
Komik bisu karya Emte bisa dibeli sepanjang penyelenggaraan UWRF dan bakal ada di toko buku seluruh Tanah Air pada 29 Oktober mendatang.
(tia/mau)