Dalam sambutannya, Marty Natalegawa mengungkapkan kekuatan dari kata. Menurutnya, festival ini merupakan selebrasi dari kata-kata yang mampu mengekspresikan emosi manusia.
"Kata berhubungan dengan banyak elemen. Kata juga bisa merefleksikan keadaan suatu bangsa dan efektif ke dunia luas. Kata juga bisa membangun komunikasi antar negara," tutur Marty Natalegawa di Ubud Palace, Kabupaten Gianyar, Bali, Rabu (24/10/2018) malam.
Dia pun menambahkan, "Yang terpenting dalam festival ini adalah mengkritisi fenomena dari kata dan membicarakan segala isu satu sama lain. Selamat menikmati festival ini."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendiri dan Direktur UWRF, Janet DeNeefe, menuturkan festival ini berlangsung 15 tahun yang lalu bermula dari peristiwa Bom Bali. Saat itulah ide UWRF terbentuk.
"15 tahun yang lalu untuk pertama kalinya festival ini diselenggarakan. Sebenarnya saat itu ada banyak dampak negatif yang terjadi di Bali," kata Janet.
Festival ini tak hanya mempertemukan antar penulis, pembaca, penerbit maupun pelaku industri perbukuan lainnya. "Kami berharap siapapun yang datang ke festival ini dapat bahagia dan pulang dengan senyuman. Miliki teman baru, dan tahun ini untuk pertama kalinya kami mengadakan agenda satellite di berbagai tempat lainnya selain di Ubud. Selamat datang di Ubud Writers and Readers Festival," pungkasnya.
Mengusung tema 'Jagaditha: Dunia yang Kita Ciptakan', festival menghadirkan 180 pembicara dari berbagai lintas disiplin. Sebagian besar penulis kenamaan seperti Sapardi Djoko Damono, Dee Lestari, Leila S Chudori, Aan Mansyur, Djenar Maesa Ayu, Avianti Armand, Yenny Wahid hingga Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Susi Pudjiastusi pun ikut ambil bagian di UWRF 2018.
(tia/nu2)