Festival sastra, seni, dan budaya yang kini tenar di Asia Tenggara ini telah memasuki tahun ke-15. Tema yang diusung yakni Jagadhita yang berarti 'The World We Create'.
"180 penulis akan berdiskusi mengupas topik-topik yang kita buatkan dalam kerangka tematiknya sebanyak 70 topik dari tanggal 25-28 di Taman Baca, museum NEKA, Indus Restaurant," kata General Manager UWRF Kadek Purnami di Kubu Kopi, Jl Hayam Wuruk, Denpasar, Bal, Selasa (16/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kadek menambahkan akan ada workshop pengenalan budaya dan pariwisata di Ubud seperti tur kuliner, pelajaran membuat banten, menari dan membatik. Ada juga workshop sastra seperti pembuatan naskah novel, cerpen, drama atau film.
"Selanjutnya ada book launch yang akan memperkenalkan karya-karya terbaru penulis-penulis, seperti Djenar Maesa Ayu, terus ada beberapa buku lainnya baik dari penulis yang masih muda maupun penulis senior juga," tuturnya.
"Akan ada juga special event intimacy antara penulis dengan fansnya. Jadi akan banyak diskusi soal karya terbaru tapi kita setting dalam tema kasual, makan siang atau yang lainnya. Children and youth program terkait kesastraan dan jurnalisme, seni juga sehingga mereka bisa melihat penulis-penulis yang mereka fanskan," sambungnya.
Tak hanya itu sejumlah komposer musik jazz seperti Rodrigo Parejo, pemain alat musik kora Miriam Liebermann, penyair Saras Dewi dan Kadek Sonia Piscayanti juga bakal tampil dalam sesi From Bali to West Africa. Kemudian dalam sesi The World We Create akan menghadirkan Brozio Michael Band, Gabriel Mayo, dan Pagi Tadi.
Penggemar seni juga bisa menikmati instalasi seni dalam pameran bertajuk Anonymous Ancestors karya Budi Agung Kuswara yang merupakan sosok di balik poster #UWRF18 di Casa Luna, dari 25 Oktober-25 November. Comfort Zone - A Solo Exhibition by Kunchir Sathya Viku telah dibuka di Littletalks Ubud sejak 30 September-30 Oktober mendatang. Para peserta Festival pun bisa menikmati pameran seni lainnya seperti GloBALIzation yang menggambarkan budaya dan moderenitas yang berseberangan, PAUSE; URBAN DECAY yang menghadirkan karya fotografi ruang urban, Masa Subur karya para seniman perempuan Indonesia, dan lainnya.
UWRF jgua memberikan ruang khusus bagi para penggemar puisi untuk berekspresi hingga membacakan karya terbaiknya dalam sesi Piknik Puisi dan Ekspresi yang akan digelar di Taman Puisi. UWRF jua bakal menghadirkan Women of Words Poetry Slam yang didukung PWAG Indonesia untuk merayakan feminisme dan keberagaman lewat rangkaian kata-kata.
Ada juga pertunjukkan musikalisasi puisi Sapardi Djoko Damono yang berjudul Hujan Bulan Juni. Musikalisasi puisi ini bakal ditampilkan Teater Kalangan, Jovan Yudhistira, Sams Kwai, dan Resonansi Ruang. Tak lupa Tishani Doshi dan Dee Lestari juga bakal membacakan sajak dalam sesi Aroma Karsa.
Berikut beberapa agenda rangkaian Ubud Writers and Readers Festival:
Rabu (24/10): UWRF akan menayangkan film dokumentasi perjalanan Chaplin pada tahun 1932, berjudul Chaplin in Bali (2017). Film ini merupakan salah satu film di UWRF yang pemutarannya didukung oleh Balinale-Bali International Film Festival.
Kamis (25/10)
- Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bakal menjadi pembicara dengan tema 'Sink It'. Susi bakal bercerita soal perjuangannya untuk menenggelamkan kapal-kapal pencuri ikan di Indonesia di Neka Museum, pukul 10.15-11.30 Wita.
- Para peserta UWRF dan publik bisa menikmati Marlina: Si Pembunuh Dalam Empat Babak (2017), film pilihan Komite Seleksi Oscar 2019 untuk mewakili Indonesia dalam mengikuti kompetisi Best Foreign Language Film pada Oscar ke-91 tahun depan.
- Nayla karya Djenar Maesa Ayu yang telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Sebastian Partogi dan disunting oleh Kan Lume, akan diluncurkan di Blanco Renaissance Museum.
Jumat (26/10)
- UWRF menghadirkan pemutaran film Love is a Bird (2018), yang merupakan karya terbaru dari Richard Oh. Laut Bercerita (2017) yang diadaptasi dari novel Leila S. Chudori dan disutradarai oleh Pritagita Arianegara juga ditayangkan pada hari yang sama.
- Peserta Festival juga bisa bergabung dengan kelima Emerging UWRF yakni Andre Septiawan dari Pariaman, Sumatera Barat; Pratiwi Juliani dari Rantau, Kalimantan Selatan; Rosyid H. Dimas dari Yogyakarta; Reni Nuryanti dari Aceh; dan Darmawati Majid dari Bone, Sulawesi Selatan dalam peluncuran UWRF Bilingual Anthology di Joglo Taman Baca.
Sabtu (27/10)
Sekala Niskala (2017), film karya Kamila Andini yang banyak menuai pujian itu berkisah tentang seorang gadis muda masuk ke dalam dunia mimpi untuk menghadapi rasa sakit kehilangan saudara kembarnya yang akan dihadapinya. Menariknya, beberapa pemutaran film di UWRF ini juga akan diikuti oleh sesi tanya jawab bersama para sutradara.
Minggu (28/10)
- Dalam salah satu sesi diskusi cucu Nelson Mandela, Ndaba Mandela bakal berbagi kisah tentang masa mudanya, mulai dari cerita tentang kekerasan, prajurit Soweto yang terpecah-belah, hingga rumah kepresidenan kakeknya. Diskusi ini bakal digelar di Neka Museum pukul 09.00 Wita.
- Mantan Dubes dan Menlu Marty Natalegawa dijadwalkan bakal mengisi diksusi di Indus Restaurant pukul 14.30-15.30 Wita. Tema yang akan diangkat yakni 'Does ASEAN Matter?'.
- Menutup perhelatan festival sastra ini, UWRF menghadirkan penampilan dari Filastine & Nova, Ika and The Soul Brothers, dan Gaya Gayo. Closing Night Party UWRF merupakan acara kesenian yang penuh dengan musik, tari, dan apresiasi, yang dapat dinikmati pukul 19.00-23.00 WITA di Blanco Renaissance Museum.
Best Regards, (ams/kmb)