Seniman asal Madura itu menceritakan karyanya memang berasal dari pengalaman personal yang dijahit dengan realitas sosial.
"Saya berasal dari Madura dan tidak akan pernah selesai membicarakan Madura. Entah ke depannya saya akan membuat karya tentang apa, seperti apa, atau saya melihat realitas yang lain," ujarnya saat diwawancarai detikHOT di Djakarta Theatre, Jakarta Pusat, semalam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat peristiwa tersebut terjadi, Suvi yang masih anak-anak masih ingat banyak masyarakat Madura yang korban konflik Sampit kembali ke kampung halamannya. "Luka itu masih ada, teman saya yang baru menikah kemarin masih ada luka karena peristiwa tersebut," ujarnya.
![]() |
Dia pun menambahkan, "Kayak semacam trigger untuk membuat gagasan karya seperti itu. Terlebih saat peristiwa bom di Surabaya saya masih berkuliah di sana, gimana daging itu terurai, nyawa jadi barang yang enteng sekali."
Dalam katalog disebut, lukisan 'Angst' menarasikan tragedi dari pengalaman personal dan ingatan sosial atas konflik yang melibatkan sentimen primordial. Apabila yang primordial dilepas (meski muskil), manusia hanya menyisakan (ke)-daging-(an), namun tepat di titik itulah sesungguhnya manusia setara.
![]() |
"Melalui karya ini kita seakan-akan dikembalikan memikirkan ulang tentang manusia dsan kemanusiaan. Bahwa di permukaan kulit kita itu sama, kita bukan identitas atau etnis tertentu. Kita semua itu sama, yaitu daging yang memerah," pungkasnya.
Karya Suvi bersama 49 seniman lainnya bakal dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia pada 8-19 November 2018.
(tia/doc)