Bagi suami dari Zaskia Adya Mecca, menggarap film dengan genre biopik memiliki tantangan tersendiri. Ia ingin bagaimana caranya film yang mengisahkan tokoh besar saat diangkat ke layar lebar tidak hanya tayang di pusat kebudayaan. Hal tersebut menjadi tantangan bagi Hanung Bramantyo.
"Tantangannya ketika kita membuat film biopik kayak Sultan Agung, saya tidak berpikir Sultan Agung akan diputar di kantor-kantor kebudayaan," ujarnya saat ditemui di Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu, (28/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya pengen Sultan Agung diputar di mall. Itu makanya harus ringan, nggak boleh berbicara tentang yang berat, nggak bisa," tambahnya.
Maka dari itu Hanung pun menyesuaikan saat penggarapan film 'Sultan Agung' dengan penonton saat ini.
"Ceritanya sesuai dengan generasi millenial sekarang tentunya kalau kita membuat film sejarah kita harus terpatok pada riset yang akurat, jadi misal Sultan Agung tinggalnya di Keraton Mataram pada saat itu tidak ada HP (ponsel), ya tentunya nggak mungkin pakai hp. Dari aspek bahasa, kostum, nggak mungkin pakai jeans. Banyak syarat-syarat yang harus dipenuhi tapi packagingnya harus tetap ringan," pungkasnya.
Hanung Bramantyo sempat mendapatkan kritikan dari keluarga Keraton saat penggarapan film 'Sultan Agung'. Film 'Sultan Agung' sendiri masih dirahasiakan tanggal pasti penayangannya.
(mah/tia)