Jajang C. Noer yang turut datang ke rumah duka menceritakan pertama kali bertemu dengan Danarto sekitar tahun 1972.
"Saya dan Ratna Riantiarno masih gadis-gadis dan tergabung di Teater Kecil. Orangnya baik sekali, selalu bikin orang senang dan nyaman," tutur Jajang C. Noer kepada detikHOT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam buku dijelaskan ada Multazam yang kalau seseorang berdoa bisa dikabulkan. "Saya lakukan itu, saya minta sesuatu tentang sepupu saya yang nakal sekali. Saya balik ke Indonesia ternyata dia udah kerja di perusahaan asing. Buku itu masih disimpan sampai sekarang," kata Jajang.
Sastrawan Goenawan Mohamad menuliskan kenangannya tentang sosok Danarto lewat akun Twitter.
"Danarto, yg saya kenal sejak 1963, bermula sbg perupa yg karyanya mempesona: adegan dan sosok ganjil yg digambar dgn halus. Pada 1967 tiba2 ia menulis cerita2 ("Godlob") dgn tokoh magis mirip dari mimpi - sebelum "Realisme Magis", sebelum Garcia Marquez," kicau @gm_gm seperti dikutip detikHOT.
Penerbit Bentang Pustaka yang merilis beberapa karya Danarto pun menceritakan Danarto pernah membuat mahakarya bersama Bentang. "Bersama Bentang, Pak Danarto pernah membuat mahakarya yang kemudian menjadi ilustrasi sampul buku 'Kitab Omong Kosong' yang ditulis oleh Seno Gumira Ajidarma. #selamatjalanDanarto," kicau @bentangpustaka.
Saat berada di rumah duka, sejumlah sastrawan dan kerabat dekat nampak berkumpul. Di antaranya adalah Uki Bayu Sejati, Teguh Wijaya, Radhar Panca Dahana, Putu Wijaya, Noorca Massardi, Chavchay Syaifullah, Heryus Saputro, Bambang Prihadi, Amien Kamil, Jajang C. Noer, Ratna Riantiarno, Nano Riantiarno, Hikmat Darmawan, dan lain-lain.
(tia/tia)