Menurut Anton, pendidikan itu adalah hak semua orang dan memang sudah seharusnya gratis.
"Dari gratis itu akan terlihat sebuah komitmen dari si pengajar. Apakah elu tulus atau nggak ngajar. Apakah elu pamrih atau nggak. Elu ngajar mau dihargain, didengerin atau cuma mau ngajar. Atau cinta ngajar? Yang terbentuk seperti itu," tutur Anton di Gudang Sarinah Ekosistem (GSE), Jakarta Selatan, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anton pun sempat mempertanyakan apakah jalannya mengajar berada di jalur yang tepat.
"Bagi gue, gue selalu mempertanyakan, apakah ini jalan gue ngajar. Gue ngajar dibayar, artinya gue mengharapkan sesuatu. Bukan berarti sekarang, orang dibayar itu pamrih ya. Nggak ya," kata Anton lagi.
![]() |
Dari mengajar kelas fotografi gratis sesuai metode Anton, dia justru merasa mendapatkan ilmu tambahan dan informasi yang tidak didapatkan Anton dari tempat lainnya.
"Mereka bawa kebudayaan lain, bawa informasi apa yang sedang terjadi sekarang. Mereka dapat satu dari gue, gue ngomong. Tapi gue dapat dari ribuan orang. Bener nggak? Sebenarnya gue nggak pinter, itu keuntungan gue. Hahaha...," ujar Anton.
Kelas Pagi pun diakui Anton bukan miliknya semata namun bersama. "Salah kalau orang bilang Kelas Pagi punya gue. Nggak! Kelas Pagi itu dilakukan secara bersama-sama, dibantu sama-sama. Give and take," pungkasnya.