Film yang disutradarai oleh Jose Poernomo itu merupakan bagian dari sebuah kisah nyata. Awalnya, Jose juga tak mempercayai cerita mistis yamg diceritakan oleh salah satu temannya tentang seorang perempuan yang tubuhnya dirasuki oleh makhluk halus.
"Ini kejadian teman saya tahun 2012, kalau saya nggak lihat langsung rekaman BlackBerry, si perempuan teman dekatnya ini, saya nggak percaya. Seperti tadi lidah keluar saya lihat sendiri dalam rekaman itu," cerita Jose Poernomo dalam press conference 'Ruqyah' di Metropole XXI, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (26/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai akhirnya dia bertemu seorang jurnalis bernama Mahisa yang diperankan oleh Evan Sanders. Asha ingin meminta bantuan Mahisa untuk bisa lepas dari makhluk halus yang merasukinya.
"Itu terlalu cerita aslinya terlalu ekstrem. Terus yang teman saya ini minta tolong dibikinkan film. Kalau boleh dia bilang jalan selanjutnya terlalu banyak perempuan di Jakarta yang pakai begituan," kata Jose.
"Inilah yang concern-nya teman saya, isu ini harus diangkat. Maunya dia memang lebih dokumentari ketimbang film horor ini. Saya akan buat sesuatu yang kita angkat sisi di mana cerita ini harus bisa diikuti secara kronologis enak diikuti," lanjutnya.
Jose pun mencoba meramu antara keaslian ceritanya dengan unsur komersil. Film ini diharapkan bisa menjadi pengingat untuk para publik figur agar tidak menggunakan pelet demi sebuah popularitas.
"Ini bukan film biasa, sebuah kisah nyata saya pikir cerita apa yang terjadi. Beberapa tahun terakhir sering banget diomongin orang, pemikat, pelet untuk tenar, susuk atau apa," kata Evan.
"Film Ruqyah jadi bukan sekadar film horor ini true story benar adanya. Banyak pembelajaran agama itu sendiri. Kaya aku nggak tahu arti Ruqyah, semenjak aku syuting banyak dengar masukan arti Ruqyah aku jadi tahu," timpal Celine Evangelista. (pus/kmb)