Salah satu kurator bidang sastra Melani Budianta, mengatakan para penulis yang diberangkatkan melakukan kolaborasi.
"Mereka (publik Belgia) tidak terlalu mengenal sastra Indonesia, kami menghadirkan 10 penulis dengan topik atau tema yang sudah disepakati bersama. Dan lebih ke konteks gimana publik melihat Indonesia," ujar Melani ditemui di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata, Jakarta Pusat, Kamis (31/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu pembahasan adalah stereotip tentang Islam dan nantinya akan ditampilkan topik budaya Islam yang berbeda. Topik selanjutnya tentang tradisi berpuisi, diaspora, gender, seni tutur dalam Indonesia, dan lain-lain.
"Syarat yang utama juga mereka sudah menerbitkan satu karya dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa lain," kata Guru Besar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia tersebut.
Sistem kolaborasi, lanjut Melani, ada penulis yang pernah melakukan pertukaran di ajang Makassar International Writer Festival (MIWF). "Sekarang giliran Lily Yulianti Farid yang pemrakarsa MIWF hadir di Belgia. Karena saat itu dia siap menerima sastrawan Belgia dan tinggal 10 hari di Makassar."
Selain nama tersebut, ada Margareta Asmatan, Iksaka Banu, Norman Erikson Pasaribu, Ben Sohib, Zubaidah Djohar, Godi Suwarna, Tan Lioe IE, Intan Paramadhita, dan Ayu Utami.
Nama Margareta Astaman juga dipilih karena beberapa alasan. "Topik lain yang diminta adalah topik diaspota. Mereka ingin mendengar bloger Indonesia yang karyanya populer. Margareta menunjukkan pemikiran anak muda yang yang perspektif positif dan tidak terbebani generasi dahulu," jelas Melani.
(tia/nu2)