Lukisan 'Air Mancar' menampilkan landmark air mancur dipenuhi gedung-gedung bertingkat dengan semrawutnya iklan reklame. Ada tulisan reklame Toshiba, Hitachi, Toyota, dan beragam merek Jepang lainnya.
"Lukisan itu tidak indah, karena melihat situasi lingkungan penuh iklan. Padahal saya memakai air mancar sebagai simbol utama kota Jakarta, tapi yang menjadi perhatian adalah kesemrawutan," kata Srihadi ditemui detikHOT di kediamannya di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (22/8) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tema kritik sosial yang dilukis Srihadi memang sedang hangat-hangatnya dibicarakan. Bahkan saat Ali Sadikin menghadiri pameran, dia pun berkomentar.
Simak video 20detik di bawah ini:
"Kok itu semua produk Jepang, kok balihonya produk Jepang, memangnya mau jadi kota Jepang padahal waktu itu yang namanya Undang-Undang soal papan iklan reklame belum ada. Waktu itulah Bang Ali sadar harus ada aturan," tambah Siti Farida, istri Srihadi yang mendampingi wawancara.
Setelah melihat lukisan di pameran Srihadi, pihak Ali Sadikin keliling kota saat malam hari. Mereka melihat kondisi Ibu Kota yang saat itu memang semrawut. Akhirnya, Ali Sadikin pun minta maaf kepada Srihadi.
"Saya senang dengan sikap Bang Ali yang sportif meminta maaf, itulah sifat pejabat. Dengan kesadaran tadi, saya ditantang untuk membuat lukisan kota Jakarta yang bersih dan kebetulan Balai Kota sedang membangun bangunan baru dan di lantai 23 butuh lukisan kota Jakarta," pungkas Srihadi.