Kepala Seksi (Kasie) Pengumpulan dan Perawatan Galeri Nasional Indonesia, Sumarmin, mengatakan ada 795 karya yang dilakukan konservasi untuk mencegah kualitasnya jadi buruk. Serta ada 6 lukisan yang direstorasi.
"Karya-karya yang direstorasi memiliki cacat yang lumayan buruk di permukaan atau mengurangi kualitasnya. Oleh karena itu kami restorasi," ungkapnya, saat jumpa pers 'Akhir Tahun 2016' di ruang seminar GNI, Jakarta Pusat, Rabu (21/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() AGUS DJAJASUMINTA "Kuda Lumping" (1950) Foto: Galeri Nasional Indonesia |
Di antaranya adalah lukisan Srihadi Soedarsono berjudul 'Borobudur II' (1982) yang permasalahannya ada cat mengelupas dan retakan. Kedua, lukisan Zaini 'Perahu' (1974) yang cat mencuat, terdapat retakan, berdebu, dan lembab. Ketiga, lukisan Agus Djajasuminta berjudul 'Kuda Lumping' (1950) yang kanvas kendur, berdebu, lubang, retakan, dan lembab.
Keempat, Oesman Effendi dengan karya lukisan berjudul 'Komposisi' (1975). Permasalahannya adalah cat mengelupas, retak, berdebu, dan berlubang. Kelima, Abas Alibasyah dengan 'Figur-figur Keluarga' (1984), karena kanvas kendur, berdebu, lubang, cat mengelupas, retakan, dan lembab.
Serta yang terakhir bukan lukisan tapi patung karya Bernauli Pulungan berjudul 'Burung-burung' (1992), karena objek utama patung patah, korosi, dan berdebu.
"Di tahun depan akan ada ribuan karya lainnya yang akan dikonservasi dan direstorasi kalau sangat bermasalah," pungkasnya.
(tia/mmu)