Saksikan video 20detik mengenai Teater Koma di sini:
Dalam cuplikan yang ditampilkan Teater Koma di Galeri Indonesia Kaya (GIK), para pemain memainkan perannya. Ada seorang kakek bertongkat yang menjadi penulis, ada dua orang penghuni panti jompo yang selalu mengobrolkan tentang isu korupsi dan utang negara sendiri dan Hindiana Sasa, ada juga kakek hidup di panti dibiayai oleh anak sulung yang korupsi.
"Inilah negeri Hindiana Sasa yang banyak utang dan korupsi. Warisan anak cucu mereka dan negeri kita senantiasa utang untuk anak cucu," ujar seorang pemain dalam satu adegan lakon 'Warisan'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sutradara sekaligus penulis naskah Teater Koma, Nano Riantiarno mengatakan saat menulis naskahnya di awal tahun, dia tidak tahu kalau sekarang makin banyak pejabat yang tertangkap tangan diduga melakukan korupsi.
![]() |
"Saat saya menulis tidak tahu kalau utang negara itu bertambah, siapa yang harus membayar ya rakyat. Kalau utang Rp 3 triliun satu orang harus membayar Rp 13,2 juta. Di Amerika orang harus membayar 60 ribu U$," tutur Nano.
Nano menjelaskan lakon 'Warisan' kali ini berbeda dari biasanya. Jika biasanya terdapat puluhan dialog yang dinyanyikan, namun pertunjukan akan sepi serta tanpa musik.
"Naskahnya sunyi tapi pentas berikutnya akan ada musik lagi. Di naskah sekarang ada senam tapi senam tidak ada musik dan koreografi. Saya pikir ini akan jadi pertunjukan luar biasa. Ini betul-betul sunyi dan baru berbeda setelah 40 tahun Teater Koma berdiri," pungkas Nano.