'Monster Hunt': Dongeng Monster Imut dari Zaman China Kuno

'Monster Hunt': Dongeng Monster Imut dari Zaman China Kuno

Shandy Gasella - detikHot
Senin, 28 Sep 2015 11:14 WIB
Jakarta -

Alkisah, pada zaman dahulu kala di daratan China manusia dan monster hidup berdampingan. Namun kemudian terjadi perang yang mengakibatkan kaum monster terusir dari peradaban manusia, dan memaksa mereka untuk menetap di pegunungan yang tak terjamah. Lama hidup damai di dunia yang terasing, pada akhirnya para monster ini pun harus tercerai berai lantaran sesosok monster jahat memulai perang dengan sesama kaumnya sendiri demi merebut tahta kerajaan. Di tengah kecamuk perang itu, sang ratu monster yang sedang mengandung calon pewaris tahta melarikan diri hingga ke dunia manusia. Perang antara kaum monster dan manusia terancam terulang kembali, dan bakal sulit untuk dielakkan.

Begitulah film berjudul ’Monster Hunt’ ini, dimulai dengan tampilan animasi 2D yang menyerupai goresan gambar karya manusia purba di dinding goa. Diperkuat dengan narasi yang dibawakan oleh narator bersuara berat nan tegas, film karya Raman Hui (desainer karakter ’Shrek’, ’Antz’, ’Madagascar’) ini nampak meyakinkan bak film-film epik peperangan semacam dwilogi ’Red Cliff’ atau ’Battle of the Warriors’.

Monster-monster di film ini tidaklah terlihat semengerikan kawanan dinosaurus jahat seperti dalam ’Jurassic Park’ misalnya. Secara visual mereka lebih mirip seperti karakter-karakter naga dalam ’How To Train Your Dragon’ atau karakter lain buatan studio animasi Hollywood. Para monster dalam film ini tampil dalam bentuk animasi 3D CGI, dan berinteraksi langsung dengan latar dan karakter-karakter hidup. Walaupun mereka tampil dalam bentuk “kartun 3D”, adegan-adegan perkelahian dan kejar-kejaran yang melibatkan para monster --berkat “sihir” teknik pembuatan film terkini-- mampu memompa adrenalin penonton, dan membuat kita terbawa suasana tegang. Adegan-adegan karakter manusia bertarung melawan monster dengan menggunakan jurus-jurus kungfu tampil begitu halus nyaris sempurna, sama sekali tak terlihat kaku.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Film ini juga dipenuhi begitu banyak kejutan. Berlatar zaman baheula di dunia khayal, untuk menggambarkan film ini secara sederhana, saya menyebutnya sebagai “Man in Black di dunia kungfu” dengan tambahan unsur komedi dosis tinggi dan sisipan kritik sosial. Film berdurasi dua jam ini seringkali berganti mood; dari horor menegangkan tiba-tiba menjadi jenaka, lalu berubah jadi tontonan laga, kemudian menjadi melodrama, dan kembali lagi jadi tontonan komedi. Bagi sebagian orang ini munkgin terkesan tidak konsisten, namun saya menyebutnya sebagai unsur kejutan. Film ini paling berhasil memukau saya dengan adegan-adegan musikal yang ditampilkannya; ya, film ini memiliki nyanyian-nyanyian yang presentasinya selevel dengan film-film animasi keluaran Disney. Mencengangkan!

Sang ratu monster pada akhirnya harus merelakan anak yang dikandungnya dipindahkan ke dalam perut Tianyin (Boran Jing, ’Rise of the Legend’), seorang pemuda desa biasa, demi menjaganya dari incaran si monster bengis. Anda harus melihat sendiri adegan persalinan Tianyin yang menderita ketika harus melahirkan bayi monster yang dikandungnya; sungguh konyol sekali dan mengocok perut tanpa ampun.

Lalu lahirlah bayi monster itu yang diberi nama Wuba, wujudnya mirip sayuran lobak, namun siapa pun yang melihatnya pastilah akan gemas dan menyukainya. Ia terlihat begitu lucu dan ‘innocent’ dengan parasnya yang menyemburatkan aura penuh kasih sayang. Keberadaannya diincar oleh monster jahat dan manusia yang rela melakukan apa saja demi mendapatkannya... untuk dimasak dan disantap!

Sebagian bangsa China memang terkenal akan kegemarannya mengkonsumsi aneka makhluk hidup yang pada umumnya tak lazim untuk dimasak. Namun demi tujuan tertentu seperti mendapatkan kesehatan, umur panjang, dan lain-lain, praktik kuliner tak biasa ini masih lestari hingga sekarang. Dan, film ini lebih ikut mengkritisi hal tersebut, tentu saja disampaikan secara samar, hingga perlu kepekaan ekstra untuk membacanya.

Baihe Bai (’Love Is Not Blind’) sebagai Xiaolan si pemburu monster amatiran, dan Boran Jing sebagai Tianyin si pahlawan bodoh kita, keduanya tampil prima dan mengesankan. Sepanjang durasi film kita melihat karakter mereka dan hubungan antara keduanya berkembang seiring plot bergulir. Film ini juga menampilkan aktor gaek Eric Tsang (’Infernal Affairs’) dan aktris legendaris Sandra Ng (’Mr. And Mrs. Incredible’, ’The Lucky Guy’) dalam penampilan cameo yang sungguh jenaka, dan benar-benar tak terlupakan.

Di negeri asalnya film ini menorehkan prestasi sebagai film paling laris sepanjang masa dengan pendapatan tak kurang dari US$ 250 juta dari peredaran domestiknya saja. Bila itu tak cukup meyakinkan Anda untuk pergi ke bioskop dan menyaksikannya, ketahuilah, film ini merupakan yang paling menghibur dibandingkan film-film lain yang tayang bulan ini. Sekedar membandingkannya dengan tontonan sejenis, ’Hotel Transylvania 2’ buatan Hollywood itu sama sekali bukan tandingannya. Film ini hanya tayang di CGVblitz dan Cinemaxx.

Shandy Gasella pengamat perfilman



(mmu/mmu)

Hide Ads