Review Shadow and Bone 2: Lebih Besar, Lebih Heboh

ADVERTISEMENT

Review Shadow and Bone 2: Lebih Besar, Lebih Heboh

Candra Aditya - detikHot
Minggu, 19 Mar 2023 14:26 WIB
Shadow and Bone
Foto: Shadow and Bone
Jakarta -

Dua tahun lalu Netflix tiba-tiba merilis Shadow and Bone, sebuah serial fantasi yang diadaptasi dari serial yang terkenal. Yang mengejutkan adalah kenyataan bahwa Shadow and Bone menjanjikan semua hal yang diinginkan oleh penggemar fantasi: mitologi yang menarik, karakter yang layak untuk diidolakan dan presentasi audio visual yang meyakinkan. Shadow and Bone tidak kalah dengan film-film seperti Harry Potter atau Narnia. Dengan ending yang bikin penasarana, musim keduanya jelas tidak bisa dilewatkan.

Di akhir musim pertamanya Alina (Jessie Mei Li) gagal untuk menghancurkan The Fold, sebuah energi kehitaman yang memisahkan Ravka menjadi separuh. Di dalam The Fold sendiri hadir berbagai macam monster dan makhluk berbahaya, sehingga menyebrangi The Fold adalah sebuah misi yang berbahaya. Musuh mereka, General Kirigan atau The Darkling (Ben Barnes), dikira mati. Tapi penonton semua tahu bahwa ia hidup dan kemungkinan lebih berbahaya dari sebelumnya.

Sementara geng Crows; Kaz (Freddy Carter), Inej (Amita Suman) dan Jesper (Kit Young); kembali ke Ketterdam dan bertemu dengan musuh baru bernama Pekka Rollins (Dean Lennox Kelly), Nina (Danielle Galligan) mencari Matthias (Calahan Skogman) yang sedang dipenjara. Sementara itu Alina dan Mal (Archie Renaux) menyelidiki mimpi Alina yang terasa nyata. Apakah ini sekedar mimpi atau memang ada hal yang sangat buruk yang akan terjadi?

Seperti kebanyakan sekuel, musim kedua Shadow and Bone ini dipenuhi dengan ambisi untuk menjadi lebih besar. Lebih banyak karakter baru, lebih banyak plot, lebih banyak adegan aksi dan yang penting: lebih banyak ancaman. Hasilnya adalah sebuah musim yang minim jeda untuk bernafas. Semua karakter disibukkan dengan misi masing-masing. Bagian baiknya adalah tidak ada satu pun yang momen membosankan dalam musim kedua Shadow and Bone ini. Bagian buruknya adalah penonton tidak diberikan waktu untuk sekedar berkenalan dengan karakter baru-barunya.

Bagi penggemar bukunya, apa yang dilakukan oleh kreator Eric Heisserer dengan menggabungkan beberapa buku di musim kedua Shadow and Bone ini mungkin terasa mengecewakan. Ada banyak hal yang bisa lebih dieksplor. Karakter baru muncul dan langsung nge-blend dengan karakter lama. Tidak ada waktu untuk basa-basi, semuanya langsung loncat ke aksi.

Seperti halnya musim pertama Shadow and Bone, karakter-karakter dalam dunia ini memiliki misi sendiri-sendiri. Alina sibuk untuk menghancurkan kegelapan lengkap dengan manipulasi General Kirigan dan semua "triknya" sementara geng The Crows melawan Pekka Rollins. Misi mereka masing-masing memang seru untuk ditonton. Tapi ketika semua karakter mempunyai tujuan dan misi yang sama, di situlah Shadow and Bone menjadi terasa serunya.

Fantasi tentu saja bisa menjadi alat yang baik untuk mengkritisi kehidupan sosial kita. Dan sekali lagi di musim kedua Shadow and Bone menggunakan karakter-karakternya untuk membicarakan tentang representasi LGBT dan juga tentang rasisme. Di musim kedua ini Shadow and Bone mengenalkan Wylan (Jack Wolfe) yang langsung membuat Jesper blingsatan. Selain itu di musim kedua ini identitas baru Alina juga dikenalkan. Ia tidak hanya seorang Grisha tapi juga separuh Shu, sebuah suku yang didiskriminasi. Dengan banyaknya kriminalitas yang berbau rasisme di Amerika (Asian hate crime), tidak mengherankan kalau sub-plot ini terasa begitu urgent.

Dengan presentasi audio visual yang masih tetap mempesona (saya memaafkan kenapa mereka butuh dua tahun untuk akhirnya merilis musim keduanya), Shadow and Bone lagi-lagi menjadi tontonan yang tidak terlewatkan. Bagi Anda pecinta Grishaverse, yang satu ini jelas tidak bisa dilewatkan. Bagi Anda yang belum pernah mencicipi dunia Alina dan kawan-kawan, silahkan mencoba karena yang satu ini terlalu seru untuk dilewatkan begitu saja.

Shadow and Bone dapat disaksikan di Netflix.

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.



Simak Video "Ada Miskomunikasi soal BLACKPINK Tampil di Gedung Putih"
[Gambas:Video 20detik]
(dal/dal)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT