Dari awal film dibuka, kita bertemu dengan Ladybug (Brad Pitt) yang sudah tobat. Dia sekarang lebih zen, lebih namaste. Dia bahkan menerima kode nama barunya meskipun menurutnya nama ini tidak akan mengubah fakta bahwa dia selalu tidak beruntung. Malam ini, dia melakukan pekerjaan barunya yang sederhana karena sekali lagi, dia sudah tobat. Dia hanya perlu mengambil koper dengan stiker kereta kemudian turun dari kereta yang berhenti di stasiun hanya satu menit.
Tentu saja pekerjaan sederhana ini tidak sesederhana kelihatannya. Tidak hanya Ladybug bertemu dengan berbagai macam jenis manusia yang entah kenapa mencoba untuk menghabisinya, orang-orang ini juga mempunyai motif yang aneh-aneh. Ada saudara kembar, Tangerine (Aaron Taylor-Johnson) dan Lemon (Brian Tyree Henry), yang sepertinya sudah beberpa kali bertemu Ladybug. Ada anak mafia (Logan Lerman) yang kelihatannya punya kepentingan sendiri.
Bahkan ada mafia dari Meksiko bernama The Wolf (Bad Bunny) yang langsung menyerang Ladybug sebelum dia mengatakan apa-apa. Dan juga ada bocah kecil lugu (Joey King) yang tak terlihat selugu kelihatannya. Sekarang Ladybug hanya mencoba mencari tahu bagaimana cara menyelesaikan misinya dengan selamat.
Baca juga: Brad Pitt Merasa Berada di Penghujung Karier |
Diadaptasi dari buku berjudul Maria Beetle karya Kotaro Isaka, Bullet Train mempunyai banyak senjata untuk menghibur penonton meskipun tidak semua senjata tersebut berhasil. Tapi satu yang pasti, Brad Pitt masih mempunyai kemampuan yang hanya dimiliki oleh bintang Hollywood papan atas dimana kharismanya saja sudah lebih dari cukup untuk membuat film ini asyik untuk dinikmati.
Kalau Anda kangen akting Brad Pitt yang effortlessly cool ala trilogi Ocean's, Mr. And Mrs. Smith atau Once Upon A Time In Hollywood, Anda akan menyukai Ladybug di film ini. Brad Pitt tidak hanya mencuri layar tapi ia juga berhasil pamer semua adegan yang membutuhkan fisik dengan baik. Dia tidak pernah terlihat selincah ini sebelumnya.
Secara plot, Bullet Train yang ditulis oleh Zak Olkewicz lumayan membuat penasaran karena keputusannya untuk menceritakan film ini dengan tidak linear. Motivasi setiap karakternya yang abu- abu membuat petualangan Ladybug dan semua penumpang di kereta menjadi agak lebih sedikit menarik.
Tapi sayangnya, Bullet Train mempunyai masalah yang sama dengan kebanyakan film-film blockbuster Hollywood kebanyakan. Bullet Train mencoba terlalu keras untuk membuat joke yang hasil akhirnya lebih banyak miss-nya daripada hit-nya. Mungkin karena resep jokes dalam Bullet Train sudah kita lihat ratusan kali di film yang serupa (semua film Ryan Reynolds akhir-akhir ini dan juga film-film MCU).
Bullet Train justru terasa lebih fresh ketika ia fokus dengan karakter utamanya. Membuat seorang mantan pembunuh bayaran menjadi sosok yang tobat dan mencoba namaste ternyata menjadi keputusan yang baik karena akhirnya semua yang dilakukan Ladybug menjadi sumber komedi. Dan Brad Pitt tahu benar cara mengeksploitasi ini. Hasilnya, setiap kali Ladybug harus beraksi, adegannya jadi terasa meriah.
Disutradarai oleh David Leitch yang akhir-akhir ini sudah ditasbihkan sebagai salah satu sutradara film aksi terbaik berkat serial John Wick dan juga Atomic Blonde, ia merangkai Bullet Train dengan jauh lebih meriah. Kalau John Wick kelam dan Atomic Blonde terasa monokrom, maka Bullet Train hadir dengan warna-warni yang mencolok mata, lengkap dengan grafis yang mentereng.
Tidak hanya itu, musiknya pun juga "berisik", membuat seluruh perjalanan Bullet Train terasa lebih sibuk dari biasanya. Meskipun Leitch masih perlu mengasah lagi urat lucunya, tapi ia tidak bisa diragukan lagi dalam merangkai adegan-adegan aksi. Adegan laga dama Bullet Train dibuat dengan lebih singkat dan komikal tapi efeknya sama serunya dengan aksi Keanu Reeves di John Wick.
Secara visual, Leitch juga lebih matang karena gambar Bullet Train sungguh enak dipandang mata. Adegan di babak ketiga menunjukkan bahwa film ini lebih dari layak untuk ditonton di bioskop. Bullet Train mungkin tidak akan se-memorable film-film Brad Pitt yang lain tapi film ini lebih dari layak untuk disaksikan di layar lebar.
Dengan plot yang misterius, karakter-karakter yang menarik dan tone film yang tidak terlalu serius, Bullet Train adalah tontonan yang sempurna untuk mengistirahatkan otak. Ajak teman-teman atau kerabat Anda dan silahkan bersenang-senang bersama Ladybug.
Bullet Train dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop di Indonesia
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
Simak Video "Video: Angelina Jolie dan Brad Pitt Resmi Bercerai Setelah 8 Tahun Berproses"
(ass/ass)