Siapa yang tidak mengenal Minion? Makhluk kecil berwarna oranye dengan terusan denim yang mempunyai bahasa aneh dan memiliki energi seperti balita. Sejak kemunculannya di Despicable Me, Minion berubah dari sekadar supporting character menjadi bintang utama. Tidak hanya semua orang ingin mengoleksi hal-hal terkait Minion, semua orang ingin menonton film tentang mereka.
Di sekuel pertama yang khusus menggunakan judul Minion ini kita diajak ke California tahun 1978. Gru (disuarakan oleh Steve Carrell) adalah seorang siswa yang dianggap aneh oleh teman-temannya. Sementara teman-temannya punya mimpi dan goal yang realistis, Gru ingin menjadi penjahat super. Sikap Gru yang bodo amat juga semakin membuatnya menjadi bencana sosial. Tapi siapa yang peduli dengan status sosial kalau dia memiliki sahabat berwujud makhluk kuning yang selalu setia menemaninya?
Kali ini Gru mendapatkan surat dari idolanya, Vicious Six, sebuah geng penjahat super yang terkenal dahsyat. Tidak ada yang Gru inginkan selain bergabung dengan mereka. Ketika ia mendapatkan kesempatan untuk audisi menjadi personel baru mereka, Gru ternyata gagal membuat mereka terpesona. Ketua gengnya, Belle Bottom (disuarakan oleh Taraji P. Henson) malah mengolok-ngoloknya. Gru akhirnya memutuskan untuk mencuri ajimat dahsyat kepunyaan mereka yang tentu saja membuat Vicious Six marah.
Aksi Gru akhirnya mencuri perhatian Wild Knuckles (disuarakan oleh Alan Arkin), mantan personel Vicious Six yang didepak dari geng. Ia pun mengejar Gru. Dan tentu saja petualangan ini tidak akan menjadi seru tanpa kehadiran para Minion yang mengganggu petualangan Gru.
Kalau Anda penonton dewasa yang terpaksa menemani teman atau keponakan Anda menonton film ini dan bertanya apakah Minions: The Rise of Gru memiliki plot yang baik, bersiaplah untuk kecewa.
Film ini sebenarnya tidak buruk. Minions: The Rise of Gru sama sekali tidak membosankan. Tapi kalau Anda berharap film ini akan memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar hiburan, katakanlah seperti potret hubungan orang tua dan anak dalam konteks budaya Asia seperti Turning Red (Pixar) atau kompleksitas otak anak kecil seperti dalam Inside Out (juga Pixar), film ini jelas bukan jawabannya. Cerita film ini hanyalah sekumpulan adegan-adegan slapstick kocak yang dilakukan Minion, dijahit dengan "sedikit" persoalan pengabaian atau abandonment issue.
Tapi setidaknya, tidak seperti kebanyakan film, film ini tahu kalau dia hanyalah hiburan. Anda mungkin tidak akan ingat plot utamanya ketika Anda keluar dari bioskop. Tapi setidaknya ia menawarkan hiburan paten saat Anda menyaksikannya di kegelapan teater.
Ditulis oleh Matthew Fogel, Minions: The Rise of Gru selalu bergerak lincah meskipun tidak ada apa-apa yang berarti. Kita loncat dari lokasi ke A ke B ke C tanpa ada sesuatu yang luar biasa. Ada bagian Minion belajar kung fu bahkan. Lengkap dengan guru yang disuarakan oleh Michelle Yeoh. Apakah masuk akal? Tentu saja tidak. Tapi so what? Yang penting filmnya menyenangkan.
Penggemar serial ini sudah pasti akan menikmati Minions: The Rise of Gru. Musiknya oke dan adegan-adegannya absurd tapi menghibur. Ada Minion bernama Otto yang mengejar orang pakai sepeda. Untuk menambah absurd, Otto juga jatuh cinta dengan batu. Ada adegan pencurian di bank yang kocak. Ada adegan membersihkan kolam renang yang berisi buaya.
Minions: The Rise of Gru dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop di Indonesia.
---
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
Simak Video ''Minions: The Rise of Gru' Debut di Puncak Box Office':
(aay/aay)