Review Top Gun: Maverick, Sekuel yang Superior

Review Top Gun: Maverick, Sekuel yang Superior

Candra Aditya - detikHot
Kamis, 26 Mei 2022 16:24 WIB
Top Gun: Maverick
Foto: Top Gun: Maverick (youtube)
Jakarta -

Tidak sulit untuk melihat betapa passionate Tom Cruise terhadap sekuel Top Gun yang sangat legendaris. Tidak sulit juga untuk melihat betapa banyak kemiripan karakter Maverick yang ia perankan dengan kehidupan personalnya. Bagaimana pun juga baik Maverick dan Tom Cruise sama-sama ada di puncak tertinggi di masing-masing karir mereka. Maverick adalah sebuah pilot tangguh tak terkalahkan yang bisa menembaki pesawat musuh dengan keren sementara Tom Cruise adalah seorang bintang Hollywood kelas A yang masih tetap bisa mempertahankan kelasnya bahkan di sebuah industri yang sudah banyak berubah.

Banyak hal yang berubah sejak 1986 (tahun ketika film pertamanya dirilis). Mesin-mesin pesawat tempur sudah semakin canggih. Smartphone ada di genggaman tangan. Dan yang menyeramkan, wajah-wajah muda dan badan-badan yang lebih bugar sekarang mengelilingi Pete "Maverick" Mitchell. Yang menyedihkan dari ini semua adalah Maverick masih ada di posisi yang sama. Dia masih tetap sendiri, tanpa istri, tanpa anak. Dia masih seorang kapten, dia masih keras kepala. Dan dia masih belum move on dari kematian sahabatnya Goose.

Setelah melakukan sebuah kesalahan yang sangat fatal, Maverick menemukan lagi di tempat yang sama, hanya saja dengan status yang berbeda. Ada sebuah pabrik yang sedang melakukan sesuatu yang jahat. Detailnya tidak penting tapi intinya adalah Maverick sekarang diutus untuk menjadi pengajar wajah-wajah baru yang akan duduk di kursi pilot untuk menyelamatkan dunia dan sekali lagi menjadikan Amerika sebagai negara paling adidaya. Dan dalam Top Gun: Maverick, penonton diajak untuk melihat apakah Maverick sudah kelelahan atau dia masih tetap orang yang sama kita lihat puluhan tahun yang lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kerja samanya dengan Joseph Kosinski dalam Oblivion rupanya memberikan kesan yang mendalam sampai-sampai Tom Cruise mengizinkan Kosinski untuk menjadi komandan dalam Top Gun: Maverick. Ini bukan sebuah pekerjaan menyutradarai blockbuster biasa meskipun Kosinski sudah mengerjakan Tron: Legacy dan Oblivion. Top Gun bukan sekedar blockbuster Hollywood yang sukses luar biasa. Film tersebut tidak hanya membuat nama Tom Cruise secara permanen menjadi salah satu aktor top Hollywood tapi juga warisan budayanya yang sangat kuat. Berapa kali Anda mendengar analisa soal adegan volley dalam film pertamanya? Atau betapa ikoniknya theme song Take My Breath Away yang dinyanyikan oleh Berlin. Ini bukan tugas biasa dan untungnya Kosinski mengerti soal itu.

Tentu saja Top Gun: Maverick akan jauh lebih nikmat untuk ditelan kalau Anda sudah menonton film pertamanya. Ada banyak sekali "pengingat" tentang betapa legendarisnya film pertamanya. Tapi tenang saja, kalau pun Anda belum pernah menonton film pertamanya (atau lupa dengan isi ceritanya), trio penulis skripnya (Ehren Kruger, Eric Warren Singer dan Christopher McQuarrie) sengaja mendesain filmnya dengan cukup rapi sehingga semua pertanyaan akan terjawab tanpa Anda menonton film pertamanya. Tapi sekali lagi, konflik utama film ini yaitu hubungan antara Maverick dengan Rooster (Miles Teller) yang merupakan putra dari Goose akan jauh terasa efek emosionalnya kalau Anda menonton film pertamanya.

ADVERTISEMENT

Dari segi storytelling, Top Gun: Maverick mengingatkan saya akan film-film kejayaan Hollywood zaman dulu yang terutama diproduksi oleh Jerry Bruckheimer. "Rasa" dari film ini sangat klasik. Dari awal adegan dibuka sampai film berakhir, film ini rasanya sangat tradisional. Meskipun plotnya agak tertebak (yang pasti semua kesusahan akan bisa diselesaikan dengan mudah) tapi film ini memberikan kenyamanan karena ia bertutur dengan cara yang kita kenal. Bahkan Anda bisa menebak kemana arah hubungan antara Maverick dengan love interest barunya, Penny, yang diperankan oleh Jennifer Connelly.

Keberanian Tom Cruise untuk "kembali ke dasar" dalam Top Gun: Maverick sebenarnya patut diacungi jempol karena saat ini dia melawan raksasa seperti Marvel atau DC. Tapi seperti halnya Maverick yang mempunyai kemampuan super, Tom Cruise tahu bahwa ia punya kelebihan yang tidak dimiliki oleh banyak bintang Hollywood lain: keberanian untuk mempresentasikan karyanya senyata mungkin. Dalam artian, dari semua film blockbuster yang ada, hanya Tom Cruise saat ini yang rela untuk memaksa semua aktornya belajar terbang beneran agar Top Gun: Maverick terasa nyata dan menggunakan bantuan komputer seminimalis mungkin.

Hobi Tom Cruise untuk melakukan adegan-adegan gila atau memaksa film yang ia buat untuk "terbang" senyata mungkin bisa jadi terasa seperti gimmick yang tidak perlu. Tapi hal tersebut terasa berbeda kalau Anda menyaksikan Top Gun: Maverick di layar IMAX. Dengan layar raksasa, Anda akan diajak untuk beneran terbang beneran ke langit-langit. Hampir semua adegan dalam Top Gun: Maverick terasa ajaib di layar IMAX. Sementara kamera Claudio Miranda berkibar, menempel ke pesawat untuk membawa penonton mengangkasa, musik menggelegar dari Hans Zimmer, Harold Faltermeyer dan Lady Gaga mengiringi adegan-adegan gila tersebut untuk membuatnya menjadi bombastis. Hasil akhirnya adalah pengalaman sinematis yang tidak ada duanya. Peduli setan kalau ceritanya bisa ditebak. Yang tidak dimiliki oleh film-film blockbuster lain adalah cara Tom Cruise untuk menjual filmnya.

Dari barisan pemain lamanya, Tom Cruise dan Val Kilmer lumayan berhasil untuk membuat suasana menjadi lebih dramatis. Jennifer Connelly sangat pantas untuk menjadi pendamping si bintang keren tersebut. Jon Hamm dan Charles Parnell sangat nyaman untuk menjadi "bos" Maverick.

Tapi memang spotlight Top Gun: Maverick adalah bintang-bintang mudanya. Glen Powell, Lewis Pullman, Monica Barbaro, Jay Ellis, Danny Ramirez dan terutama Miles Teller adalah sosok-sosok yang akan membuat nda menyeringai kesenangan di layar lebar. Dengan klimaks yang sangat bombastis, Top Gun: Maverick sekali lagi mengukuhkan bahwa Tom Cruise masih yang terdepan. Dunia mungkin sudah banyak berubah, tapi Tom Cruise tetaplah Tom Cruise. Tidak ada yang bisa mengalahkan seorang bintang Hollywood sejati.

Top Gun: Maverick dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop di Indonesia

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.




(tia/tia)

Hide Ads