Tiga film dan saya masih belum tahu seri ini maunya apa.
Dengan banyaknya dolar yang didapatkan Warner Bros. setelah merilis delapan jilid Harry Potter, tidak mengherankan memang apabila mereka mencoba menggali tambang emas yang sama dengan menciptakan franchise baru dengan tokoh baru dalam dunia sihir yang penonton cintai. Tapi setelah tiga film, saya tetap buta dengan apa yang mau diceritakan J.K. Rowling dalam seri ini. Tapi satu hal yang pasti: Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore adalah sebuah kemajuan dibandingkan dengan dua filmnya.
Steve Kloves yang kini membantu Rowling untuk menulis skrip, sepertinya paham kenapa Crimes of Grindelwald tidak memberikan rasa yang menyenangkan seperti film-film Harry Potter atau film sebelumnya. Kali ini dia dan Rowling memutuskan untuk menjadikan Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore sebuah caper film ala Ocean's Eleven dengan Dumbledore (Jude Law) sebagai Danny Ocean.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tentu saja bukan Fantastic Beasts namanya kalau ia tidak menggunakan binatang-binatang magis sebagai santapan utama. Dalam film ini, kita bertemu dengan Qilin, makhluk menggemaskan yang sepertinya kolaborasi antara rusa dan naga dengan kegemasan seperti anjing atau kucing yang ternyata mempunyai kemampuan menakjubkan untuk melihat manusia mana yang hatinya paling putih bersih. Dalam pembukaan yang cukup menyayat hati, penonton melihat bagaimana Grindelwald (Mads Mikkelsen, menggantikan Johnny Depp) menggunakan binatang langka ini dan bagaimana Newt (Eddie Redmayne) mati-matian untuk melindunginya.
Tapi seperti yang saya bilang, film ini adalah caper film. Dumbledore mengumpulkan Newt bersama anggota-anggota lama dan wajah-wajah baru untuk melaksanakan misi terbaru mereka: mencegah Grindelwald untuk menjadi pemimpin para penyihir.
Baca juga: China Hapus Dialog Gay di Fantastic Beast 3 |
Wajah yang kita kenal ada Jacob Kowalski (Dan Fogler) yang masih belum move on dari Queenie (Alison Sudol) yang sudah bergabung dengan geng Grindelwald. Sementara Tina (Katherine Waterston) mendadak hilang dari franchise ini dengan alasan dia menjadi Ketua Auror, wajah-wajah baru yang hadir ternyata tidak mengecewakan. Ada Lally (Jessica Williams) yang lincah, ada kakak Newt bernama Theseus (Callum Turner) yang lumayan sigap, ada asisten Newt bernama Bunty (Victoria Yeates) yang kikuk dan juga Yusuf Kama (William Nadylam) yang disuruh untuk memata-matai Grindelwald.
Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu daya tarik seri ini adalah pengenalan binatang-binatangnya yang unik dan tentu saja nostalgia kembali ke dunia sihir. Meskipun film ini tidak banyak mengenalkan binatang-binatang baru seperti film pertamanya, setidaknya makhluk-makhluk magis yang muncul lumayan mempunyai peran yang krusial. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa si Qilin sangat menggemaskan.
Keputusan Kloves dan Rowling untuk menjadikan film ini sebagai caper film dengan petualangan-petualangan yang unik dan menjadikan Dumbledore sebagai maestro, lumayan membuat Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore menjadi tontonan yang menyenangkan. Sepanjang film penonton diajak untuk menebak apa yang sudah direncanakan Dumbledore demi menghentikan aksi Grindelwald. Meskipun rencana Dumbledore tidak sekeren itu (dan klimaksnya yang sangat minim aksi juga tidak membantu) tapi setidaknya plot ini membuat filmnya menjadi lebih bergerak dibandingkan dengan film sebelumnya.
Selain perubahan tone, hal yang juga paling menarik untuk dikulik dalam film ini adalah tema percintaan yang ia usung. Kalau Anda penggemar Harry Potter sejati, seharusnya rahasia bahwa Dumbledore adalah seorang homoseksual dan dia mencintai Grindelwald sebenarnya bukan informasi yang baru. Tapi tetap menarik sekali melihat bagaimana David Yates sebagai sutradara merangkum hubungan yang kandas ini menjadi frame film. Film ini benar-benar dibuka dengan pernyataan rasa sayang Dumbledore kepada Grindelwald dan setelah itu penonton akhirnya diberi informasi secara verbal kenapa cinta mereka tidak bersatu. Hubungan tarik menarik inilah yang akhirnya menjadikan perseteruan antara Dumbledore dan Grindelwald lebih kompleks daripada sekedar protagonis melawan penjahat.
![]() |
Selain hubungan Dumbledore dan Grindelwald, kita juga melihat hubungan romansa yang lain. Di sini Jacob mendapatkan jatah yang lebih banyak setelah ditinggal pergi oleh Queenie. Progress karakter Jacob diberi jatah yang lebih banyak sehingga karakternya mendapatkan pengembangan yang manis. Yang terasa aneh justru hubungan Newt dengan Tina yang tiba-tiba hilang. Saya tidak tahu apa yang terjadi, tapi sangat aneh sekali karakter yang tadinya mendapatkan peran besar tiba-tiba di film ini menghilang begitu saja.
Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore mungkin memang tidak bisa menandingi Harry Potter tapi bukan berarti pembuatnya lupa untuk meyakinkan penonton bahwa dunia ini sangat kaya. Costume designer Coleen Atwood membuat semua kostum dengan sangat detail yang menjadikan aktor-aktor ini terasa meyakinkan. Production designer Stuart Craig sekali lagi menciptakan sebuah dunia yang tidak hanya enak dilihat tapi juga sangat stylish. Semua itu kemudian direkam dengan kamera George Richmond yang dinamis dan diiringi dengan musik James Newton Howard yang menggelegar. Percayalah, kita Anda diajak kembali memasuki aula Hogwarts, rasa kangen itu akan langsung terobati.
Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore memang sebuah kemajuan jika dibandingkan dengan Crimes of Grindelwald. Tapi tetap saja, di akhir film saya masih meraba-raba apa maunya seri ini. Bahkan di pertengahan seri (katanya akan ada lima film), pembuat seri ini sepertinya masih belum tahu makhluk-makhluk ajaib di dalamnya mau diapain.
Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop di Indonesia.
---
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(aay/aay)