Tiga tahun lalu Blumhouse, rumah produksi yang gemar memproduksi film horor, merilis Halloween yang kisahnya melanjutkan cerita tentang apa yang terjadi setelah Laurie Strode (Jamie Lee Curtis) diteror oleh pembunuh bernama Michael Myers. Setelah banyak sekuel/remake yang gagal, film tersebut ternyata menjadi sebuah kesuksesan yang tidak terduga. Menggunakan tema trauma sebagai sorot utamanya ternyata Halloween buatan David Gordon Green tersebut disebut-sebut sebagai salah satu sekuel Halloween yang baik.
Halloween Kills adalah film kedua dari trilogi yang direncanakan oleh David Gordon Green dan Blumhouse (film terakhir trilogi ini, Halloween Ends, rencananya akan rilis tahun depan). Setupnya lumayan sederhana dan film ini langsung mulai setelah kejadian di ending film sebelumnya, setelah Laurie Strode bersama anaknya berhasil lolos dari Michael Myers.
Laurie Strode dan Karen (Judy Greer) serta Allyson (Andi Matichak) sekarang sudah ada di rumah sakit setelah berhasil meringkus Michael Myers di ruang bawah tanah dan membakar rumah. Seharusnya tidak ada alasan untuk Michael Myers bisa kembali meneror warga. Sampai akhirnya pemadam kebakaran datang dan secara tidak langsung menyelamatkan Michael Myers (tim pemadam kebakaran tentu saja mati semua).
Sementara itu warga Haddonfield yang merayakan Halloween sebagai malam keramat karena beberapa warga selamat dari kekejaman Michael Myers beberapa tahun lalu dikagetkan dengan berita bahwa si momok berkeliaran lagi. Mereka pun akhirnya bersama-sama mengumpulkan massa untuk menghabisi Myers.
Sebenarnya ketika film Halloween yang versi 2018 dirilis, banyak orang meragukan hasil akhirnya. Apalagi melihat nama-nama di belakang layarnya. Green dan Danny McBride adalah nama yang lebih akrab di genre komedi, bukan di horor. Tapi ternyata kolaborasi keduanya (McBride menulis bersama Jeff Fradley dan Green) menghasilkan sesuatu yang fresh. Menggunakan Strode sebagai pusat ceritanya ternyata sangat efektif.
Halloween Kills tidak seperti film pertamanya yang masih bisa menawarkan sesuatu yang baru. Yang satu ini kena penyakit sekuel. Setelah beberapa menit Anda akan bisa menebak kemana arah film ini berjalan. Apalagi setelah tahu bahwa film ini adalah bagian dari trilogi. Ada beberapa momen yang memang sengaja dipanjang-panjangkan hanya supaya ada sesuatu yang diceritakan di bagian ini.
Di Halloween Kills, Green dan McBride (bersama Scott Teems) mencoba mengelaborasi trauma tapi dalam skala yang besar. Kalau sebelumnya Strode vs. Myers, sekarang di Halloween Kills kita melihat warga vs. penjahat. Aksi main hakim sendiri ini menjadi suguhan utama dalam film ini. Karakter-karakter dalam film originalnya yang masih hidup sekarang kembali lagi (dan dimainkan oleh aktor aslinya) untuk melawan Myers. Tentu saja hasilnya adalah kita menyaksikan mayat yang begitu banyak berjatuhan.
Jujur saja, menyaksikan slasher seperti Halloween Kills memang yang ditunggu-tunggu adalah teror dan adegan bunuh-bunuhannya. Kecuali nama aktornya ada di depan, jangan harap mereka akan hidup melawan si penjahat. Halloween Kills memberikan begitu banyak sekali adegan kekerasan tapi sayangnya tidak banyak yang memberikan impact yang seru. Setelah beberapa saat, saya agak kebas melihatnya. Michael Myers jadi tidak seram lagi.
Menaruh Strode di rumah sakit sepanjang film memang keputusan yang menarik di atas kertas. Tapi realitanya Halloween Kills butuh si jagoan. Tanpa final girl, Michael Myers hanya psikopat medioker. Halloween Kills memang tidak membosankan walaupun semuanya terasa generik. Kalau Anda butuh tontonan penggedor jantung, film ini masih bisa diandalkan. Tapi ya Anda harus tahu, kalau Anda menonton film ini, itu artinya Anda diwajibkan nonton film selanjutnya. Karena sampai film berakhir, kisahnya masih belum usai juga.
Halloween Kills dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop di Indonesia.
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(dar/dar)