WandaVision memulai aksi Marvel Cinematic Universe (MCU) di layar kaca (atau layar komputer? Tergantung dimana Anda menyaksikannya setiap Jumat sore) dengan sebuah eksperimen yang menarik. WandaVision memulai barisan pahlawan MCU yang akan hadir di Disney+ dengan resep yang tidak akan ditemukan di film-film mereka yang biasanya renyah, enak untuk disantap dan gampang untuk diikuti.
Menceritakan tentang bagaimana seorang pahlawan berduka yang akhirnya berakhir menjadi aktualisasi diri yang membawa Wanda menjadi penyihir sakti mandraguna, WandaVision adalah sebuah eksperimen Marvel yang sangat berhasil. Kini setelah Wanda berdiam diri di kabin dan belajar menjadi penyihir paling sakti seantero jagad raya, Disney+ dan Marvel siap menghibur kita dengan Falcon and the Winter Soldier.
Sekilas Falcon and the Winter Soldier tampak seperti copy paste dari film-film MCU. Setidaknya itu yang saya lihat dari 10 menit pertama episode satu yang sudah rilis. Tanpa banyak cakap penonton langsung diberi aksi keren di udara. Falcon/Sam Wilson (Anthony Mackie) melanjutkan tugasnya sebagai pahlawan dengan menyelamatkan tentara Amerika yang diciduk oleh penjahat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aksi penangkapan ini sangat sinematik. Tidak ada bedanya dengan aksi-aksi keren yang pernah kita lihat di film-film MCU. Mengingat action sequence ini mengambil jatah 25% dari total durasi episode pertama, saya mengira bahwa Falcon and the Winter Soldier akan seperti film-film MCU lainnya yang penuh aksi. Sebuah anti-thesis dari WandaVision, pikir saya. Tapi ternyata saya salah.
Setelah aksi tersebut dengan cepat kreator Falcon and the Winter Soldier langsung membawa kita ke kenyataan. Kenyataan yang terjadi adalah apa yang terjadi dengan nasib para pahlawan ini setelah the blip di Avengers: Infinity War. Sam masih merasa kikuk untuk meneruskan petuah Captain America (Chris Evans) untuk menjadi Captain America berikutnya.
Sementara itu Bucky Barnes/Winter Soldier (Sebastian Stan) nampak kesulitan untuk menjadi warga sipil. Kesalahan-kesalahan dari masa lalu menghantuinya. Set-up Falcon and the Winter Soldier ternyata menarik untuk memberikan pespektif yang berbeda terhadap dunia Marvel setelah the blip. Jika dalam Spider-Man: Far From Home kita melihat dunia after the blip dari perspektif Peter Parker (Tom Holland) dan dalam WandaVision lebih fokus ke proses berduka si Wanda, di serial ini kita melihat after effect dari sisi yang lebih kompleks.
Dari episode pertamanya saja kita melihat sedikit cuplikan tentang bagaimana the blip mempengaruhi ekonomi. Ternyata menjadi superhero dan membantu Amerika untuk menjaga kedamaian tidak membuat Sam gampang mendapatkan pinjaman uang dari bank untuk mempertahankan bisnis keluarganya. Reality check inilah yang akhirnya membuat Falcon and the Winter Soldier jauh lebih berisi. Sesuatu yang akan susah untuk dieksplor di film-film MCU.
Benturan ekonomi yang kemungkinan ada hubungannya warna kulit ini membuat plot Sam dengan saudarinya, Sarah (Adepero Oduye), terasa jauh lebih real dan relevan dengan keadaan sekarang (terutama bagi warga Amerika). Saya begitu berharap bahwa kreator Malcolm Spellman (yang juga menulis skrip untuk episode pertama ini) akan mengeksplor ini lebih banyak karena inilah waktunya kita menyaksikan isu serius dibahas di dunia MCU.
Jika Sam menunjukkan betapa jadi superhero tidak selalu berakhir menjadi Tony Stark, bagian Bucky memperlihatkan betapa susahnya bagi dia untuk menghadapi post-traumatic stress disorder karena kesalahan-kesalahannya di masa lalu. Dalam pembicaraannya dengan therapist, Bucky mengatakan betapa berat bagi dia harus menjadi warga sipil dan menurut dengan semua aturan-aturan yang diberi oleh negara setelah Amerika memaafkan semua kesalahannya di masa lalu. Di bagian ini kita melihat bagaimana Bucky berusaha untuk menjadi normal dengan berkencan, berhubungan dengan tetangga dan warga sekitar dan lain-lain.
Kemudian tentu saja ada ancaman dari teroris. Menjelang akhir episode muncul grup anarkis yang memakai topeng yang membuat kacau. Siapa mereka dan apa tujuan mereka? Sepertinya itu yang akan menjadi bahan aksi Falcon dan Winter Soldier di episode-episode yang akan datang. Falcon and the Winter Soldier diakhiri dengan kemunculan John Walker (Wyatt Russell), pengganti Captain America yang baru. Jika Anda familiar dengan sosoknya, Anda pasti tahu apa yang akan terjadi. Jika tidak, bersiaplah untuk terkejut. Mengingat figurnya baru hadir sebagai cliffhanger episode pertamanya, sepertinya Walker akan menjadi sosok yang asyik untuk diikuti.
Episode pertama Falcon and the Winter Soldier akhirnya menjadi sebuah pembukaan yang asyik. Secara sekilas dia tidak ada bedanya dengan film-film MCU yang lain. Tapi berkat format yang lebih panjang, ia menjadi punya kebebasan untuk membahas hal-hal menarik yang tidak pernah kita bisa lihat di film-film MCU. Dan semoga saja bagian dramanya sama serunya dengan bagian gebuk-gebukannya.
Falcon and the Winter Soldier dapat disaksikan di Disney+ Hotstar.
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(dal/dal)