Kalau Anda ingat The Craft, film horor remaja yang bercerita tentang empat gadis yang mengulik ilmu sihir, Anda pasti ingat fashion-nya atau make-up goth-nya yang menginspirasi banyak orang. Atau mungkin ada ingat sekuens ular yang cukup membuat bulu kuduk merinding. Atau mungkin Anda ingat kehadiran Neve Campbell sebelum namanya meledak lewat film horor remaja lain yang juga klasi, Scream.
Saat dirilis di tahun 1996 The Craft tidak mendapatkan respon yang hangat dari kritikus meskipun secara komersial dia lumayan berhasil. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, film tersebut mendapatkan penggemar baru. Ia menjadi cult film. Banyak orang memuji bagaimana penggambaran bonding antara gadis remaja. Penggunaan sihirnya yang lumayan meyakinkan. Fashion-nya yang oke banget. Atau bahkan mantra-mantra yang disebut oleh para gadis ini. Mencoba mengkapitalisasi ketenaran film aslinya, Blumhouse mengajak sutradara berbakat Zoe Lister-Jones untuk membuat versi barunya yang diberi tajuk The Craft: Legacy.
Premisnya masih sama. Empat remaja yang mengulik ilmu sihir. Disini kita melihat Lily (Cailee Spaeny) yang pindahan ke rumah baru karena ibunya (Michelle Monaghan) akan menikah dengan pacarnya, Adam (David Duchovny). Di sekolah Lily sendiri sebenarnya ada tiga gadis yang memang sudah hobi duluan untuk bermain-main dengan ilmu sihir. Mereka adalah Frankie (Gideon Adlon), Tabby (Lovie Simone) dan Lourdes (Zoey Luna).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kejadiannya di kelas. Lily yang sudah panik duluan karena siswa baru terpaksa makin malu ketika dia ketahuan mens di dalam kelas. Dalam tangisannya di kamar mandi dia bertemu dengan Frankie, Tabby dan Lourdes. Ketika mereka bertiga melihat Lily mengenakan sebuah kalung yang mencuri perhatian mereka, ajakan untuk bergabung bersama mereka langsung mereka lontarkan ke Lily. Dan suatu hari, Lily mendengar mereka bertiga memanggil namanya melalui telepati. Terkonfirmasi sudah: Lily adalah penyihir. Lily adalah puzzle terakhir yang akan membawa mereka bertiga ke babak berikutnya.
![]() |
Setiap kali saya mendengar studio Hollywood mencoba memeras IP mereka dengan membuat sekuel, prekuel atau bahkan reboot atau kombinasi keduanya seperti dalam The Craft: Legacy, saya selalu berharap bahwa mereka bisa menyamai kualitas pendahulunya. Muluk memang untuk berharap banyak. Tapi setidaknya itu yang saya selalu ucapkan karena biasanya hasilnya selalu menyedihkan. Dan hal ini terjadi dalam The Craft: Legacy.
Film ini kalah dengan film aslinya dalam semua departemen. Sebagai film horor dia gagal untuk memberikan kengerian. Atau bahkan efek merinding seperti sekuens ular di film aslinya. Bahkan ketika filmnya baru dimulai, Anda pasti akan bisa menebak siapa penjahat utama film ini karena The Craft: Legacy memang tidak berniat untuk membuat Anda terkejut. Secara penceritaan The Craft: Legacy tidak memberikan apa-apa yang luar biasa. Agak menyedihkan ketika saya menonton film tentang empat gadis penyihir dan karakter yang paling menarik dari film ini adalah supporting character yang berjenis laki-laki.
Karakterisasi yang kentang dalam The Craft: Legacy adalah bagian paling fatal dalam film ini. Film aslinya memang bukan film yang luar biasa. Tapi penonton diajak untuk mengenal dengan dekat para gadis muda ini. Kenapa mereka lebih asyik mengulik ilmu sihir daripada benar-benar berbaur dengan siswa lainnya. Ada apa dengan hidup mereka? Bagaimana hubungan mereka dengan teman, pacar atau bahkan keluarga mereka? Semua hal ini membuat dinamika antara empat karakternya menjadi asyik. Penonton jadi bisa relate kenapa mereka masuk ke lembah hitam. Anda tidak menemukan logic atau reasoning yang sama dalam film ini. Penonton hanya melihat Lily dan tiga karakter lainnya terasa seperti figuran.
Di akhir film memang ada sedikit kejutan. Tapi hal tersebut terasa lebih seperti sebuah kedipan mata agar penonton yang sudah menyaksikan film aslinya bisa merasakan sedikit sensasi nostalgia. Tapi hal tersebut tidak cukup. Kalau film ini dibuat pada jaman dulu, pasti dia akan rilis lewat video dan bukannya tayang di bioskop. The Craft: Legacy pada akhirnya kalah dengan aslinya. Dia tidak punya cukup identitas yang kuat untuk menjadi original.
The Craft: Legacy dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop di Indonesia
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(tia/tia)