Diadaptasi dari manga karangan Haro Aso, Alice in Borderland adalah sebuah serial Netflix yang diimpor dari Jepang yang menyajikan 8 episode paling menegangkan yang bisa Anda saksikan. Jika Anda mencintai Battle Royale, serial Hunger Games, serial gore Saw dan pemain game sejati maka serial yang satu ini tak bisa dilewatkan.
Yang paling menyenangkan, Alice in Borderland langsung tancap gas tanpa basa-basi.
Arisu (Kento Yamazaki) adalah seorang gamer sejati. Keluarganya menganggap dia loser karena dia adalah seorang pengangguran yang menghabiskan waktunya dengan bermain game.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian ada Chota (Yuki Morinaga), seorang pegawai IT yang berusaha keras tidak menjadi ibunya yang relijius. Dan yang terakhir, melengkapi geng ini, adalah Karube (Keita Machida) seorang bartender bar yang nekat main gila dengan cem-ceman bosnya.
![]() |
Penonton langsung dengan cepat diberi tahu bahwa tiga orang ini sudah lama bersahabat. Meskipun kita baru melihat mereka bersama untuk pertama kalinya, Anda bisa merasakan bahwa mereka sudah melalui banyak hal bersama-sama. Mereka bertemu di Shibuya, memutuskan untuk bersenang-senang di jalan raya sampai akhirnya mereka menyebabkan kerusuhan dan polisi-polisi mencari mereka.
Arisu, Chota dan Karube memutuskan untuk bersembunyi ke dalam toilet. Kemudian tiba-tiba lampu mati sebelum menyala lagi. Ketika mereka keluar dari toilet, semua orang di Shibuya menghilang. Lebih aneh lagi, sepertinya semua orang di Tokyo menghilang.
Mereka bertiga duduk di tengah jalan perempatan Shibuya yang biasanya diisi dengan manusia-manusia itu sampai tengah malam. Mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi sampai tiba-tiba di salah satu pencakar langit muncul peringatan. Game akan segera dimulai. Game apa?
Rupanya mereka berada di Tokyo alternatif dimana semua orang harus bermain game untuk bisa bertahan sampai akhir. Gagal, nyawa taruhannya. Siapa yang bisa menyangka, hobi Arisu bermain game ternyata menjadi penyelamatnya di dunia ini.
Menonton Alice in Borderland rasanya seperti membaca manga. Feelnya sangat manga. Dan ini adalah sebuah pujian tertinggi. Sutradara Shinsuke Sato tidak hanya berhasil menerjemahkan manganya dengan baik tapi juga sanggup mempersembahkan visual demi visual yang sangat memanjakan mata.
Hampir di setiap episode penonton akan diperkenalkan dengan game terbaru dengan peraturan yang berbeda. Dan semua game tersebut didesain dengan baik dan divisualisasikan dengan sangat mantap sehingga ketegangannya benar-benar terasa. Dalam beberapa kesempatan, saya sampai menggenggam remote tv saking tegangnya.
![]() |
Yang menarik adalah meskipun Alice in Borderland sangat plot driven, trio penulisnya (Yoshiki Watabe, Yasuko Kuramitsu, Shinsuke Sato) berhasil mengenalkan karakter-karakternya tanpa hambatan. Ini adalah sebuah series dimana penonton akan mengetahui karakter-karakternya melalui tindakan yang mereka lakukan, bukan dari dialog.
Hasilnya, dengan cepat penonton akan tahu siapa karakter yang mereka bisa dukung atau antagonis mana yang mereka harap cepat menemui ajal.
Kalau Anda khawatir bahwa Alice in Borderland akan mementingkan sisi aksi daripada emosi, bersiaplah untuk menyiapkan tisu karena serial ini akan mengajak Anda jumpalitan. Seperti halnya Game of Thrones, tidak ada yang aman dari game ini. Karakter yang kelihatannya penting bisa menemui akhir.
Dan kararakter yang kelihatannya hanya hiasan ternyata bisa jadi memegang peranan penting. Ini bukan spoiler tapi ini adalah salah satu aspek yang membuat Alice in Borderland semakin menggigit dan nagih.
Tiga episode terakhir Alice in Borderland adalah sebuah mind games yang sangat asyik karena setelah penonton disenangkan dengan berbagai sequence game yang benar-benar membuat deg-degan, penonton diajak untuk memasuki sebuah situasi yang menyeramkan. Politik menjadi kata kunci disini.
Siapa kawan dan siapa lawan semuanya menjadi blur. Dan endingnya sama sekali tidak mengecewakan. Ketika akhirnya Anda sampai di bagian akhir, dijamin Anda akan segera berharap Netflix merilis musim berikutnya.
Alice in Borderland dapat disaksikan di Netflix
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(doc/doc)