Milly Ferrier (Nico Parker) dan Joe Ferrier (Finley Hobbins) tinggal di arena sirkus milik Max Medici (Danny DeVito). Ibu mereka meninggal dunia karena flu.
Ini Amerika awal 1900-an, di mana western medicine masih baru dikembangkan. Seolah semuanya belum cukup sedih, ayah mereka, Holt Ferrier (Colin Ferrier) pulang dengan satu tangan buntung akibat perang. Dengan harta yang menipis dan kuda yang sudah tidak ada, Holt sekarang ditugaskan untuk menjadi tukang urus gajah sirkus.
Gajah sirkus milik Max ternyata sedang hamil. Dan bayi gajah inilah yang Max Medici harapkan untuk menjadi bintang sirkusnya. Dengan sepinya penonton karena kebanyakan mereka berperang atau menjadi korban perang, kehadiran atraksi baru yang mendatangkan penonton sangat diidam-idamkan oleh Max Medici.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian Milly dan Joe bermain-main dengan si bayi gajah. Yang tidak mereka tahu adalah bahwa telinga cacat si bayi gajah ini mempunyai fungsi lain. Ini sayap. Dan ketika semua orang tahu bahwa si bayi gajah bisa terbang, kehidupan seluruh penghuni sirkus pun berubah seratus persen.
Diadaptasi dari animasi kesayangan Disney, 'Dumbo' adalah satu dari tiga film live action Disney yang akan tayang tahun ini (dua lainnya adalah 'Aladdin' dan 'The Lion King.' Memanggil sutradara kenamaan Tim Burton untuk mereka ulang kisah 'Dumbo', film ini ternyata mempunyai magis yang cukup untuk membuat produknya tetap enak dinikmati meskipun rasanya agak seperti dÊjà vu.
![]() |
Skrip yang ditulis oleh Ehren Kruger cukup koheren meskipun tidak spesial. Membuat kisah 'Dumbo' dengan background manusia-manusia yang mencoba menyatukan kembali 'Dumbo' dengan ibunya memang cukup inspiring sayangnya karakter-karakter tersebut agak hampa.
Mereka tidak mempunyai kepribadian yang tiga dimensional tapi cukup berfungsi untuk menjalankan plot sampai babak final yang menghebohkan itu. Ditambah dengan dialog-dialog yang uninspiring dan plot yang begitu mudah ditebak. Akhirnya membuat 'Dumbo' menjadi agak mudah dilupakan dari segi cerita.
Untungnya Tim Burton masih memiliki magic di tangannya. Dia tahu bagaimana membuat penonton (terutama anak-anak) untuk tetap terkesan dengan ciptaannya. Dan seperti film-film Tim Burton yang lain, Anda akan bertemu dengan visual-visual yang memanjakan mata. Warna langit pastel yang memukau.
Kostum buatan Coleen Atwood yang begitu mempesona (begitu mempesonanya sehingga baju-baju ini jauh lebih punya kepribadian daripada karakter-karakter yang memakainya). Dan production design yang menawan. Nuansa gothic dan tema "kamu aneh tapi kamu tetap spesial" tetap dipertahankan oleh Tim Burton disini.
Editingnya memang agak lambat. Namun begitu 'Dumbo' mengepakkan telinganya, film berubah menjadi jauh lebih menyenangkan. 'Dumbo' terasa lebih ajaib. Dan di sinilah Tim Burton menunjukkan sekali lagi bahwa meskipun dia sedang membuat film untuk korporat, dia masih bisa membuat adegan yang membuat bulu kuduk merinding.
![]() |
Pemeran-pemeran 'Dumbo' melaksanakan tugasnya dengan baik meskipun skripnya tidak memberikan lahan untuk dieksplor. Colin Farrell, Michael Keaton, Eva Green dan Alan Arkin bermain dengan selayaknya. Tidak kurang, tidak lebih. Kedua pemain cilik, Nico Parker dan Finley Hobbins, cukup meyakinkan. Yang oke justru Danny DeVito yang bersinar disini. Sebagai pemimpin para outcast, dia seperti bintang beneran.
Tapi di antara semua pemain manusia itu, film ini memang milik 'Dumbo'. Kreasi CGI tersebut sanggup membuat hati penonton menggigil haru. Petualangannya memang larger than life tapi susah untuk tidak mencintai si bayi gajah ini. Apalagi ketika Anda menatap dalam ke sorotan matanya.