Ketika Sinchan Pindah ke Meksiko

Ketika Sinchan Pindah ke Meksiko

Shandy Gasella - detikHot
Senin, 07 Sep 2015 10:50 WIB
Jakarta - Tokoh kartun si bocah nakal Shinchan tak perlu diperkenalkan lagi kepada penonton film dan anime, bahkan bagi kaum awam sekalipun. Sebab, hampir seperti Doraemon, Shinchan adalah produk budaya pop asal Jepang yang sangat populer dan mendunia, diciptakan oleh mendiang Yoshito Usui.

Bagi Anda yang mengikuti serial kartunnya yang juga sangat terkenal di Indonesia, pada mulanya serial ‘Crayon Sinchan’ mungkin terlihat seperti tontonan anak-anak pada umumnya. Namun, sebenarnya ia bercerita tentang bocah berusia enam tahun yang jahil, mesum, menyebalkan, sekaligus jenaka yang bernama Shinnosuke Nohara (disuarakan oleh Akiko Yajima, atau Oni Syahrial untuk versi serial TV yang ditayangkan di Indonesia), atau cukup disebut Shinchan saja seperti judulnya; tentang petualangan hidupnya bersama keluarga kelas menengahnya, anjingnya dan teman-teman dekatnya.

Dalam versi layar lebarnya ini, alkisah, Ayah Shinchan, Hiroshi Nohara (Keiji Fujiwara) dipromosikan sebagai manajer, tapi harus menanggung konsekuensi dengan bertugas di Meksiko. Pihak perusahaan ingin agar dia dapat mengurus bisnis mengolah sari buah langka dari tanaman kaktus di sebuah kota kecil (fiktif) bernama Madakueruyobaka. Apa tadi nama kotanya? Madakueruyobaka. Saya selalu saja tertawa lepas tiap kali nama kota tersebut diucapkan oleh tokoh-tokoh di film ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kali ini Shinchan benar-benar pergi jauh dari rumahnya di Kasukabe, dan harus mengucapkan salam perpisahan kepada semua teman-temannya di sana. Entah karena alunan musik pengiring, atau saya yang sudah terlalu kenal dengan karakter-karakter di film ini, pada adegan perpisahan antara Shinchan dengan teman-teman dan guru-gurunya, walau hanya singkat, saya merasa benar-benar terpukul secara emosional.

Di Meksiko, Shinchan beserta kedua orangtuanya berhasil menguasai bahasa lokal dengan cepat dan mudahnya (tapi dialog masih dalam bahasa Jepang). Meskipun begitu, diceritakan bahwa mereka mengalami sedikit kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Tingkah konyol Shinchan yang sedang berusaha menikmati hidup barunya seketika menjadi horor manakala di kota itu tiba-tiba bermunculan tanaman kaktus raksasa yang dapat bergerak ke sana ke mari melahap orang-orang yang dijumpainya. Shinchan dan keluarganya beserta beberapa karakter baru di film ini harus saling bekerja sama demi bertahan hidup dari situasi yang mencekam.

Ini adalah pertama kalinya saya menonton film anime Shinchan di layar bioskop, dan saya benar-benar menikmatinya, meskipun kisah baru yang ditawarkan agak klise, dan kurang orisinal. Shinchan seperti biasa masih berperilaku konyol, dan khusus di film ini ia lebih sering memamerkan pantatnya. Tingkahnya yang sering menghina orang-orang di sekitarnya, merayu cewek-cewek cantik bertubuh seksi, selalu saja berhasil membuat saya tertawa terpingkal-pingkal. Film ini penuh nostalgia, menghangatkan hati dan lucu luar biasa.

Ada beberapa saat di mana sutradara atau penulis naskah terjebak terlalu serius dengan keseluruhan premis “teror monster” di film ini. Karakter-karakter dari film bergenre ini biasanya ditempatkan di sebuah lokasi yang terisolasi, seperti misalnya terjebak di sebuah toko, sementara mereka mencari cara melarikan diri dari serangan makhluk-makhluk jahat yang mengintai mereka, seperti yang digambarkan dalam film ‘The Mist’ garapan Frank Darabont misalnya. ‘Shinchan: My Moving Story - Cactus Large Attack’ lebih kurang memparodikan beberapa elemen dari film itu, dan berhasil, disertai dengan kejutan-kejutannya sendiri.

Di luar segala kekonyolannya, film ini sesungguhnya menyiratkan juga isu LGBT yang disampaikan dengan cukup genit. Selain pantat Shinchan yang kelewat sering bergoyang-goyang itu, ada juga kisah cowok si penyanyi Mariachi yang pada mulanya dikisahkan seolah tergila-gila kepada ibunya Shinchan, namun tak dinyana pada akhirnya ia malah jatuh ke pelukan cowok kekar berhati lembut. Ups, spoiler! Belum lagi, ada gambar-gambar pelangi yang muncul beberapa kali, dan Anda harus menyaksikan sendiri bagaimana hubungan Shinchan dan Kazama (atau Kazao dalam serial ’Shinchan’ versi dubbing Indonesia) diperlihatkan dalam film ini. Sebuah adaptasi baru yang --bila bukan genit-- sungguh jahil dan menggelitik. Film ini hanya tayang di jaringan bioskop CGVblitz dan Cinemaxx.

Shandy Gasella pengamat perfilman

(mmu/mmu)

Hide Ads